Kamis 02-03-2017,06:00 WIB
RAJAGALUH - Perhelatan Musabaqah Tilawatul Quran ke-47 yang digelar selama tiga hari di Kecamatan Rajagaluh ricuh. Aksi protes dilayangkan salah satu peserta kafilah, di nomor hifdzil quran juz 20 putra saat juri mengumumkan juara pada katagori dimenangkan peserta dengan nomor urut 15.
|
Pelaksanaan MTQ ke-47 sempat ricuh. Foto: Pai/Rakyat Cirebon |
Padahal, dalam daftar nama pemenangnya justru bukan nama peserta nomor urut 15. Sehingga memicu protes dari kontingen dari kontingen Kadipaten yang merupakan pemilik asli nomor urut 15.
Sontak saja keributan terjadi, terutama saat hendak pembagian piala. Adu mulut pun sempat terjadi disekitar pangung utama. Namun, hal itu berhasil dilerai. Menghindari hal yang tidak diinginkan sekaligus memperjelas masalah, Otong S, salah seorang panitia langsung mengamankan piala tersebut, sambil menunggu keputusan juri.
“Akhirnya, saya amankan piala itu dan saya serahkan ke panitia. Sebab, ada masalah sedikit dimana di sana nomor peserta tidak sama dengan nama yang disebut,” ucap pria yang bertugas sebagai protokoler Humas Setda Majalengka itu.
Saat dikonfirmasi Raja, H Agus Sutisna salah seorang panitia mengakui adanya insiden kecil itu. Ia mengatakan hal itu murni akibat adanya kesalahan pengetikan.
Saat ini pihaknya sudah mengamankan piala serta menunggu data penilaian dari tim juri. Sebab pada akhirnya jelas pria yang bertugas di Kemanag Majalengka itu datalah yang berbicara.
“Ya kita amankan dulu hadiah dan pialanya, sambil kita menunggu rilis daftar nilai dari dewan juri, sebab semua data nilai ada di mereka, insiden ini murni karena ada kesalahan pengetikan saja,” ucapnya sambil meminta maaf.
Pada MTQ tersebut Kecamatan Rajagaluh unggul beberapa angka saja dari Talaga. Sementara juara ketiga berhasil diamankan kafilah dari Kecamatan Sumberjaya. Sehingga, Kecamatan Rajagaluh dinobatkan sebagai juara umum MTQ ke-47.
Sebagai tuan rumah tentunya hal ini merupakan suatu kebanggaan. Sementara yang paling disoroti adalah kecamatan Banjaran, karena berdasarkan penilaian dewan juri tidak punya nilai, alias nol sama sekali dalam setiap lomba yang dipertandingkan. Kondisi ini dinilai sangat memalukan.
Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat pada MTQ sebelumnya yang berlangsung di Kecamatan Argapura, telah diingatkan agar prestasi dalam mempelajari agama Islam harus ditingkatkan, pada kenyataannya selalu ada kecamatan yang tidak punya nilai sama sekali.
Wakil Bupati Majalengka, H Karna Sobahi MMPd mengingatkan agar ke depan, MTQ tidak hanya dijadikan sebagai target untuk menjadi juara saja, akan tetapi lebih pada peningkatakan pemahaman dan pengamalan dalam ajaran-ajaran Islam.
\"Jangan sampai seperti kecamatan Banjaran yang tidak punya nilai, itu sangat memalukan. Meski saya sendiri mengucapkan kepada Rajagaluh karena telah menjadi pemenang juara umum,\" ujarnya, Rabu (1/3).
Karna berharap, agar MTQ ini menjadi perhatian banyak pihak. Serta agar dievaluasi, direvisi dan diperbaiki. Dan yang lebih penting agar disolidkan di tingkat kecamatan hingga desa-desa.
\"Kalau perlu anggaran operasionalnya ditingkatkan, untuk menigkatkan pemahaman terhadap al-quran. Anggaran operasionalnya juga harus ditingkatkan untuk menggugah semangat. Tapi sekali lagi harus diniatkan untuk ibadah, jangan karena untuk mengejar menjadi juara,\" ungkapnya.
Karna juga meminta, agar dalam MTQ, yang juara umum tidak mesti tuan rumah. Artinya dalam hal ini kecamatan manapun menempati posisi sejajar untuk menjadi juara. Diharapkan agar MTQ di masa mendatang harus muncul muka muka baru.
\"Segera lakukan evaluasi, pembenahan dan pemetaan sampai ke level desa. Anggaran operasional agar dianggarkan lebih, kalau minim, kerjasama dengan Baznas. Alasan lainnya karena gema MTQ ke-47 memiliki dampak yang sistemik,\" ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Bupati Majalengka Dr H Karna Sobahi MMPd dalam sambutanya sempat meminta agar pembinaan tentang MTQ terus dilakukan, dan jangan hanya sebatas insidental saja. Diharapkan pembinaan itu dilakukan sejak dini.
“Sehingga kedepanya dari Kabupaten Majalengka akan mampu melahirkan para qori-qoriah. Maupun para hafidz dan hafidzoh terbaik yang bisa berlaga di pentas yang lebih tinggi lagi,” imbuhnya. (hrd/pai)