Demo Penutupan PLTU Berujung Ricuh
ASTANAJAPURA – Aksi demonstrasi ratusan massa dari Solidaritas Pemuda Kanci (SPK) Kecamatan Astanajapura, di depan Pintu 1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Senin (8/1), berujung ricuh.
Massa demonstran yang memprotes pencemaran lingkungan yang diduga dilakukan pihak PLTU terlibat saling dorong dan baku hantam dengan aparat kepolisian.
Pantauan wartawan koran ini di lokasi kejadian, aksi yang berlangsung sejak pukul 10.00 hingga 12.30 awalnya berjalan lancar.
Dalam aksi itu, SPK melakukan protes atas pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh bahan bakar batu bara yang digunakan oleh pihak PLTU. Massa yang melakukan aksi longmarch ke depan pintu 1 PLTU sempat memblokir jalur pantura. Sehingga, arus lalu lintas dan tersendat.
Saat SPK hendak membakar ban dan menutup Jalur Pantura, pihak keamanan langsung merampas ban tersebut dan terjadi kejar-kejaran antar pendemo dan pihak polisi.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Akhirnya, pendemo melanjutkan aksi di depan pintu gerbang PLTU.
Koordinator Aksi, Habib Rohman, mengungkapkan, karena masyarakat menginginkan lingkungan yang bersih, sehingga masyarakat menggelar aksi protes yang bertujuan untuk menyoal pencemaran lingkungan sekitar PLTU dan menginginkan agar PLTU ditutup.
“Karena adanya PLTU, jadi lingkungan sekitar tercemar. Kami membutuhkan adanya udara bersih. Cirebon itu kota udang, bukan kota batu bara. Dan PLTU mempengaruhi pencemaran lingkungan,” kata dia.
Habib Rohman juga menegaskan, PLTU sangat merusak lingkungan dan memiliki dampak negatif bagi keberlangsungan hidup masyarakat yang berada di sekitarnya.
“Makanya, kami datang bersama masyarakat untuk menutup PLTU 1 dan menolak adanya pembangunan PLTU 2,” katanya.
Namun, dalam aksi tersebut massa tersulut emosi karena tidak satupun dari pihak PLTU yang menemui mereka.
Adu mulut tidak terelakan dengan pihak kepolisian karena provokasi dari dalam barisan demonstran.
Kemudian, aparat yang berjaga-jaga di depan gerbang pintu masuk PLTU tersebut langsung memburu sebagian pendemo yang melontarkan kalimat yang dianggap melecehkan institusi polisi.
Merespon perlakuan dari kepolisian, pihak pengunjuk rasa berencana akan memperkarakan sikap kepolisian ke pengadilan.
Kapolsek Astanajapura, AKP Subagyo mengatakan, aksi yang dilakukan warga Kanci tersebut ilegal dan tidak ada izin.
“Adanya demo ini, sebenarnya sudah kami tolak waktu hari Sabtu kemarin karena izinnya juga diragukan. Mereka dadakan melakukan aski. Kalau perizinan, harusnya dilakukan sebelum tiga hari. Berarti ini izin Jumat sore jam 5, waktu itu ditolak dan makanya tidak jadi gelar aksi. Saya tunggu-tunggu, mereka tidak ada berita lagi, malah sekarang gelar aksi,” katanya.
Dalama aksi tersebut, kata dia, merupakan aksi protes terhadap pencemaran lingkungan sekitar.
“Mereka difasilitasi untuk bertemu dan menyampaikan aspirasi ke pihak PLTU. Akan tetapi saat dari pihak divisi PLTU keluar, malah mereka ingin bertemu hanya dengan Pak Heru. Padahal Pak Heru tidak bisa atau berhalangan. Makanya kami cegah. Apalagi ada pelecehan institusi. Akhirnya, tidak terkendali dan ricuh,” katanya.
Sementara itu, Humas PT Cirebon Elektrik Power (CEP) Owner PLTU 1, Hafid mengatakan, pihaknya sudah memberikan ruang khusus untuk masyarakat untuk berdialog dengan duduk bersama.
“Dalam aksi ini, mereka menuntut dan mempertanyakan mengenai pemakaian bahan bakar di PLTU yang sumbernya menggunakan bahan bakar batu bara,” kata Hafid saat dikonfirmasi media seusai aksi.
Padahal, kata Hafid, pihaknya sudah sering melakukan sosialisasi soal teknologi yang digunakan oleh PLTU.
“Kita juga sudah jelaskan sebelumnya dan menawarkan melakukan kunjungan ke dalam PLTU untuk warga mengenai batu bara yang kami gunakan sebagai bahan bakar. Akan tetapi, mereka malah melakukan aksi seperti ini. Kita di sini menggunakan teknologi bersih dan sudah memenuhi standar sesuai peraturan pemerintah. Semuanya sudah ada di Amdal-nya,” akunya.
Pihaknya, kata Hafid, sudah mengajak demonstran duduk bersama, tapi ditolak.
“Untuk aksi ini, kami menginginkan melakukan pertemuan dengan sebagian dari mereka. Akan tetapi mereka menolak dengan alasan hanya ingin bertemu dengan Pak Heru, tapi Pak Heru sedang di luar kota dan berhalangan. Padahal kami sudah siap. Dari divisi lingkungan hidup dan sosial sudah siap semua untuk melakukan dialog. Karena semua saya yakin bisa dilakukan dengan cara dialog bersama dan tidak dengan melakukan aksi seperti ini,” katanya.
Pihaknya sama sekali tidak menginginkan adanya aksi protes. Apalagi sampai ada kericuhan antar pendemo dengan petugas kepolisian.
“Agar yakin, kami juga mengajak semua masyarakat sekitar untuk lakukan kunjungan ke dalam. Kita juga bisa menjelaskan ke publik bahwa PLTU menggunakan bahan batu bara sesuai aturan dan bersih,” pungkasnya. (kim)
Sumber: