RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Proses pemeriksaan calon jamaah haji sebelum berangkat ke tanah suci seharusnya dilakukan secara ketat, sehingga yang tidak memenuhi persyaratan dari sisi kesehatan, dipastikan tidak boleh berangkat.
Namun demikian, saat dilakukan monitoring langsung di Arab Saudi, masih ditemukan jamaah haji asal Indonesia yang mengalami sakit akibat pasca operasi sebelum berangkat.
Atas hal tersebut, Anggota Komisi VIII DPR RI, Selly Andriany Gantina menyoroti proses skrining kesehatan terhadap calon jemaah haji (calhaj) Indonesia saat akan berangkat ke Tanah Suci, sehingga di tanah suci masih ditemukan adanya jamaah yang mengalami hal demikian.
"Saat kami monitoring, ada jamaah asal Indramayu yang kondisinya sakit pasca operasi, sehingga perlu penanganan medis secara intensif, ini kenapa kok bisa lolos, skriningnya seperti apa," ungkap Selly, kemarin.
Saat ditemukan ada jamaah yang mengalami sakit pasca operasi tersebut, lanjut Selly, pihak penyelenggara dari Indonesia mengalami keterbatasan tenaga medis, sehingga mau tidak mau harus di rujuk ke klinik sektor disana.
Selain menemukan ada jamaah haji yang sakit pasca operasi, dijelaskan Selly, ia juga menemukan ada jemaah haji dari Kabupaten Cirebon yang mengalami kecelakaan patah tulang kaki karena terjatuh.
"Dia (jamaah yang patah tulang. Red) harus mendapatkan perawatan di RS saat di Madinah. Tapi alhamdulillah saat ini sudah mulai bergabung masuk Makkah, meskipun kondisi kakinya masih harus di-gips," jelas Selly.
Dari hasil monitoring, dan ditemukannya beberapa jamaah dengan kondisi yang sakit, sebagai bahan evaluasi yang akan disampaikan pada pihak penyelenggara, disebutkan Selly, banyak ditemukan kendala pada proses skrining kesehatan awal ketika jamaah akan berangkat ke tanah suci.
"Proses skrining kesehatan awal di Indonesia yang tidak begitu ketat, terutama saat akan memberangkatkan jamaah dari daerah dan embarkasi, itu yang harus dievaluasi," sebut Selly.
Pada prakteknya, kata Selly, jemaah haji yang memiliki riwayat penyakit bawaan, terkadang tidak terdeteksi dan dianggap sepele, sehingga diloloskan oleh petugas skrining, padahal penyakit bawaan bisa saja kambuh saat sudah sampai di Makkah atau Madinah, dan seharusnya antisipasi-antisipasi kearah sana juga disiapkan.
Namun demikian, secara umum ditambahkan Selly, seluruh jemaah haji dari Cirebon dan Indramayu yang ia kunjungi relatif lebih baik dibandingkan dengan jemaah haji dari wilayah lain, mulai dari tersediaan makanan, hingga penginapan untuk jemaah, semua terlihat dan terjamin baik dan layak.
"Kita sudah menyarankan agar jemaah menjaga stamina, karena menjelang Arafah dan suhu sedang terik-teriknya. Tapi tidak menyurutkan keinginan mereka untuk beribadah," kata Selly. (sep)