Sepanjang 2025, BPBD Catat 160 Kejadian Bencana

Sepanjang 2025, BPBD Catat 160 Kejadian Bencana

JELASKAN. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon, Ikin Asikin SSos MSi menjelaskan ratusan kejadian bencana selama kurun waktu 2025. FOTO : ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKYAT CIREBON--

*** Ribuan Rumah Terendam, Puluhan Ribu Warga Terdampak

CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon merilis laporan penanganan bencana sepanjang Januari hingga November 2025. Tercatat ada 160 kejadian bencana.

Dampak dari bencana tersebut cukup luas terhadap permukiman, infrastruktur, dan aktivitas masyarakat.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon, Ikin Asikin SSos MSi, menjelaskan bahwa ratusan kejadian itu melanda wilayah yang sangat luas. Dari kejadian bencana banjir saja menyebabkan lebih dari delapan ribu rumah terendam.

Selain itu, sejumlah bangunan mengalami kerusakan dengan tingkat keparahan berbeda. Mulai dari empat rumah yang rusak berat, tiga rumah rusak sedang, hingga seratus rumah rusak ringan.

BACA JUGA:100 Tukang Becak Lansia Terima Becak Listrik Bantuan Presiden Prabowo Subianto

Fasilitas umum pun tidak luput dari dampak bencana. Sedikitnya 65 tempat ibadah dilaporkan mengalami kerusakan, 45 fasilitas pendidikan terdampak, serta kerusakan pada 23 titik TPT, dan sekitar satu kilometer ruas jalan.

Sementara itu, sektor pertanian juga terdampak cukup signifikan, dengan lebih dari 840 hektare sawah terendam atau mengalami kerusakan.

"Secara keseluruhan, BPBD mencatat bahwa 20.381 kepala keluarga atau sekitar 52.067 jiwa terdampak sepanjang tahun ini," ungkapnya.

Dari seluruh rangkaian bencana yang terjadi, banjir menjadi kejadian paling dominan. BPBD mencatat 80 kejadian banjir, disusul 52 kejadian cuaca ekstrem, 15 kejadian tanah longsor, dan 13 kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Menurut Ikin, tingginya angka kejadian banjir disebabkan oleh meningkatnya debit air kiriman dari wilayah hulu, serta kondisi sedimentasi yang semakin parah di sejumlah sungai utama. Salah satunya adalah Sungai Ciberes, yang menjadi langganan meluap ketika hujan lebat turun.

BPBD dan Pemerintah Kabupaten Cirebon telah berkoordinasi dengan BBWS untuk menyelesaikan persoalan tersebut, termasuk dalam upaya normalisasi Sungai Cisanggarung. Namun Ikin mengakui bahwa hasil penanganan sejauh ini masih belum optimal.

" BBWS telah melakukan normalisasi selama dua tahun terakhir baru mencapai 2,7 km. Di 2024, BBWS merampungkan normalisasi sepanjang 1,7 km. Ditahun 2025, 1 km. Di tahun 2026 nanti 1 km lagi," katanya.

Selain itu, dua jalur pembuangan air, yakni Kali Lebak Putat dan Kali Lamaran, juga membutuhkan perhatian serius. Tebalnya sedimentasi menghambat aliran air. Pemerintah daerah pun tengah mengupayakan program pengerukan dan normalisasi di dua titik tersebut.

BPBD Kabupaten Cirebon mengidentifikasi ada sembilan jenis potensi bencana yang harus diwaspadai di wilayah ini. Meliputi banjir, tanah longsor, rob, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, letusan Gunung Ciremai, banjir bandang, serta gempa bumi.

Dari keseluruhan potensi tersebut, empat di antaranya dinilai paling membutuhkan perhatian serius. “Banjir, cuaca ekstrem, longsor, dan karhutla menjadi ancaman terbesar bagi Kabupaten Cirebon,” jelas Ikin.

Untuk mengurangi risiko bencana di masa mendatang, BPBD bersama pemerintah daerah telah merumuskan sejumlah langkah strategis. Pemerintah daerah terus melakukan pemetaan wilayah rawan bencana, menyusun rencana penanggulangan, serta memberikan edukasi dan pelatihan kesiapsiagaan kepada masyarakat.

Sederet rekomendasi teknis juga disampaikan BPBD. Di antaranya pembangunan sumur resapan dan biopori, reboisasi kawasan tangkapan air, pembangunan dam pengendali debit sungai.

Kemudian lanjut Ikin, normalisasi sungai-sungai besar, serta pembangunan sodetan di kawasan DAS padat penduduk.

BACA JUGA:Respon Atas Forum Kultural NU Tebuireng Versus Madura-Cirebon

Selain itu, BPBD juga mendorong adanya kolaborasi lintas daerah untuk pemantauan kawasan hulu DAS sebagai bagian dari deteksi dini.

Ikin menegaskan bahwa upaya mitigasi harus dilakukan secara menyeluruh dari hulu hingga hilir mengingat banjir merupakan bencana dengan dampak paling luas di Kabupaten Cirebon.

“Penguatan sistem pengelolaan DAS dan peningkatan infrastruktur pengendali banjir sangat penting untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang,” pungkasnya. (zen)

Sumber: