Cirebon Penopang Utama Ekspor Rotan Nasional

Cirebon Penopang Utama Ekspor Rotan Nasional

MUSDA. DPD HIMKI Cirebon Raya gelar Musda, Selasa (19/7). Muncul optimisme industri kerajinan rotan tetap tumbuh di tengah kisruh internasional akibat perang Ukraina dan Rusia serta perang dagang China dan Amerika.--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Cirebon mengelar Musda ke-1, Selasa (19/7) di Ballroom The Luxton Cirebon Hotel & Convention. Dalam Musda itu, Eddy Sugiarto terpilih sebagai Ketua DPD HIMKI Cirebon Raya.
 
Di bawah komando, Eddy Sugiarto, DPD HIMKI Cirebon Raya diharapkan mampu menjadikan Cirebon sebagai penopang target ekspor mebel nasional. Hal itu disampaikan Ketua Presidium HIMKI, Abdul Sobur kepada Rakyat Cirebon. 
 
Menurut Sobur, HIMKI bersama Pemerintah telah menetapkan target ekspor mebel dan kerajinan senilai USD 5 miliar di tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan pertumbuhan minimal 13.41 persen per tahun hingga tahun 2024.
 
Dijelaskannya, ekspor mebel dan kerajinan nasional tahun 2021 secara total naik signifikan  27,23 persen menjadi USD 3,5 miliar dengan rincian untuk kelompok mebel naik 32,20 persen  menjadi USD 2,53 miliar, dan kelompok kerajinan naik 15,54 persen menjadi USD 939,1 juta dimana kenaikan sebesar ini belum pernah terjadi selama 10 tahun terakhir. 
 
Dari total ekspor mebel dan kerajinan dimana kelompok produk mebel masih menjadi kontributor ekspor terbesar yakni 74,54 persen. Sementara produk kerajinan berkontribusi 25,46 persen. Pada kelompok produk mebel, dimana kontribusi ekspor terbesar masih tempati oleh produk wooden furniture yakni  53,37 persen diikuti oleh rattan furniture 7,24 persen dan metal furniture 3,95 persen. 
 
Untuk wilayah Jawa Barat, kata Sobur, BPS mencatat pada tahun 2021 ekspor Jawa Barat, termasuk Kabupaten Cirebon, untuk HS 94 berupa gabungan dari produk Furniture, Perabot, Penerangan Rumah mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni 35 persen. 
 
Di wilayah Kabupaten Cirebon sendiri, nilai produksi kerajinan rotan terlihat masih stabil atau naik 1,5 persen menjadi Rp 2,35 triliun. Sedangkan niali produksi mebel kayu naik 0,3 persen menjadi Rp 394,4 miliar. Walaupun kenaikan produksi kedua kelompok tersebut masih kecil namun Cirebon masih menjadi basis produksi mebel dan kerajinan yang kuat dan stabil di tanah air. 
 
Indikator lain yang menunjukan bahwa wilayah Cirebon masih tetap menjadi basis produksi yang kuat dan stabil adalah masih terus terjadinya investasi dari tahun ke tahun. 
 
"Sebagai  contoh, pada tahun 2021 nilai investasi gabungan untuk industri kerajinan rotan dan industri mebel kayu tercatat senilai Rp 412 miliar naik 1,5 persen dari tahu sebelumnya," jelas Sobur.
 
Dari total investasi tahun 2021 tersebut 82 persennya adalah investasi pada industri kerajinan rotan dan sisanya 18% adalah mebel kayu. Oleh karenanya harapan besar HIMKI, Cirebon bisa memberikan kontribusi yang lebih besar lagi terhadap nilai target ekspor HIMKI.
 
"Berdasarkan indikator-indikator itu, apabila kita bisa mempertahankan momentum pertumbuhan ini, maka kita optimis target ekspor mebel dan kerajinan nasional senilai USD 5 miliar dapat kita capai dan bahkan mungkin kita bisa lampaui," jelas Sobur.
 
Namun demikian merepon perkembangan perekonomian global saat ini yang terus memburuk akibat konflik geopolitik di Rusia dan Ukraina yang penyebab melambatnya ekonomi dunia yang diikuti dengan inflasi yang tinggi, krisis energi, dan pangan dikhawatirkan akan berdampak pada kinerja industri yang saat ini sedang tumbuh. 
 
Banyak peritel mengambil langkah untuk men-diskon barangnya. Terutama pakaian dan barang-barang rumah termasuk furniture yang tidak sinkron dengan preferensi pelanggan. Karena orientasi pengeluaran masyarakat mulai bergeser, dan kebanyakan konsumen melakukan pengetatan pengeluaran. 
 
Kemudian yang juga perlu diwaspadai, kata Sobur, adalah upaya Presiden Amerika, Joe Biden untuk mengendalikan tingginya inflasi dengan pertimbangan menghapus tarif impor perang dagang yang telah berlaku di era Trump pada tahun 2018- 2019 terhadap barang-barang asal China, termasuk furniture, yang nilainya ratusan miliar dolar.
 
"Apabila tarif perang dagang untuk sebagian besar produk furnitur China sebesar 25 persen dihapus, maka  ceruk pasar di AS yang beberapa tahun ini di tinggalkan oleh China dan sebagian dari  ceruk tersebut dimanfaatkan oleh Indonesia, dikhawatirkan akan kembali direbut China," ujarnya.
 
Dalam rangka mengantisipasi dampak buruk dari situasi yang berkembang saat ini, Sobur mengajak semua pelaku usaha dalam negeri untuk tetap siaga dan cepat melakukan konsolidasi dalam rangka memperkuat fundamental perusahaan sehingga dampak negatif yang timbul dari sitasi eksternal dapat diredam.
 
Selain itu, permasalahan lainnya yang hingga saat ini masing menjadi tantangan adalah  bahan baku kayu maupun rotan. Walapun sudah mulai teratasi namun pada kondisi tertentu sebagian pelaku industri mebel dan kerajinan berbasis rotan hingga saat ini masih dihadapkan pada permasalahan stabilitas pasokan rotan dengan jenis, ukuran, dan standar kualitas dengan harga yang kompetitif. 
 
Permasalahan ini timbul antara lain akibat masih terjadi penyelundupan ekspor yang jelas-jelas melanggar Permendag Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor Dan Barang Dilarang Impor yang sebelumnya diatur dalam Permendag No.45/2019 tentang Barang Dilarang Ekspor.
 
Diakui hingga saat ini belum terbentuknya komunitas bisnis rotan yang sehat antara huluantara-hilir rotan, akibatnya ketersediaan rotan maupun harga sulit di prediksi, sehingga 
berdampak pada kepastian penerimaan order perusahaan.
 
"Untuk ekspor produk furniture berbahan baku rotan pada tahun 2024 ditargetkan mencapai USD 243 juta. Untuk memenuhi target ekspor tersebut setidaknya dibutuhkan rotan sebanyak 99,9 ribu ton, artinya perlu tambahan sekitar 31,4 ribu ton dari kebutuhan 
tahun 2021 sebanyak 68,5 ribu ton," kata Sobur.
 
Sementara itu, Ketua Dewan Penasehat HIMKI, Soenoto menuturkan, perlu adanya konsolidadi antara HIMKI dengan pemerintah. Agar adanya kepastian, kerajinan rotan dalam negeri dapat diserap di negeri sendiri. Mengingat, kekuatan utama furniture dalam negeri ialah kerajinan rotan.
 
"Jadi yang pertama kita canangkan adalah industri furniture rotan. Haram hukumnya memakai furniture impor karena HIMKI sampai kapan pun sanggup memenuhi kebutuhan furniture dalam negeri," tegas Soenoto. (wan)

Sumber: