Belajar Sepanjang Hayat, Inspirasi Akso Tempuh Gelar Doktor di Usia Senja

Belajar Sepanjang Hayat, Inspirasi Akso Tempuh Gelar Doktor di Usia Senja

PRESENTASI. Dr H Akso MPd sebagai promovendus saat sampaikan presentasi disertasi dalam sidang ujian yang dilangsungkan Sabtu (5/11) di Aula Pascasarjana IAIN Cirebon.--

CIREBON, RAKYATCIREBON.ID - 'Belajar sepanjang hayat' rupanya tak sekedar slogan bagi Dr H Akso MPd. Meski sudah purna bakti sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Agama dengan jabatan terakhir Kepala Biro AUAK IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Akso tetap melanjutkan pendidikan tingginya hingga ke jenjang doktor. 

Sabtu (5/11) jadi salah satu hari bersejarah bagi Akso. Di hari itulah disertasi Modernisasi Pendidikan Islam Pondok Pesantren Nawesea Yogyakarta karyanya disidangkan di hadapan oponen ahli dan penguji internal yang terdiri dari lektor kepala dan guru besar.

Dengan disidangkannya disertasi Akso, artinya proses pendidikan tinggi menempuh gelar doktor telah dilaluinya. Akso tinggal melengkapi kekurangan dan revisi disertasi yang telah disidangkan. Selanjutnya dia akan mengikuti wisuda dan berhak menyandang gelar doktor dari Prodi PAI Pascasarjana IAIN Cirebon. 

Menurut Akso, tidak ada kata telat baginya dalam belajar. Akso mengaku, meski tak lagi menjadi PNS dan telah berusia 64 tahun, bekal pendidikan tinggi yang dimilikinya akan dia pergunakan untuk kepentingan masyarakat. Terutama di lingkup keluarga besar. 

"Namanya belajar tidak ada kata terlambat. Karena belajar itu dari sejak lahir sampai akhir khayat," jelas Akso di sela pelaksanaan sidang disertasinya.

Disertasi Akso menceritakan modernisasi pendidikan Islam Pondok Pesantren Nawesea Yogyakarta menjadi lembaga pendidikan Islam unggul kelas dunia. Akso mengulas reformasi pesantren menuju era industrialisasi dalam pemikiran Prof Dr Yudian Wahyudi. 

Analisis dalam disertasi Akso ini menggunakan teori dialektika Hegel tentang tesis. Tujuan dari penelitian disertasi Akso ialah untuk mendeskripsikan dan menemukan kebaruan dalam rangka menjawab tantangan globalisasi di pondok Pesantren Nawesea Yogyakarta sebagai objek penelitian. 

"Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yakni metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasahan untuk penelitian generalisasi," kata pria kelahiran Tegal tahun 1958 ini.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan Akso dalam menyusun disertasi adalah dengan melakukan obsevasi, wawancara dan dokementasi.  (wan)

Sumber: