Pejabat Mimpi Pedati Gede, Harus Dibawa 7 Orang, Dirakit Pukul 09.00 Pagi

Pejabat Mimpi Pedati Gede, Harus Dibawa 7 Orang, Dirakit Pukul 09.00 Pagi

REPLIKA. Penampakan Replika Pedati Gede yang sudah selesai dibuat di Bandung, dan harus diberangkatkan ke Cirebon tepat pukul 19.30 WIB. --

RAKYATCIREBON.ID, PEMBUATAN - Replika kereta bersejarah Pedati Gede di sebuah workshop di Bandung oleh para seniman ITB sudah rampung. Setelah itu, akan dibawa ke Kota Cirebon untuk dirakit di depan kawasan BAT, Lemahwungkuk. Namun siapa sangka, pada proses pembuatannya, banyak cerita mistik yang dialami para pekerja.

Laporan: ASEP SAEPUL MIELAH, Cirebon

KEPADA Rakyat Cirebon, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada proyek swakelola type II tersebut, Herro Yudhistira menceritakan sekelumit kisah yang ia alami mulai dari awal pengerjaan replika Pedati Gede.

Dijelaskan Herro, saat awal rencana pembuatan replika, dirinya sowan ke lokasi penyimpanan Pedati Gede di Kelurahan Pekalangan. Saat itu, dia bertemu dengan sang kuncen. Dan sang kuncen memberikan petunjuk dan mewanti-wanti pihak penyelenggara untuk bekerja dengan baik.

“Sebelum mulai membangun dan replika dibuat, saya ziarah ke makam Ki Gede Pekalangan di Gunung Jati,” ungkap Herro memulai ceritanya.

Setelah itu pekerjaan dimulai. Pembuatan replika pun dimulai di Bandung. Di lokasi, pekerjaan fisik mulai digarap secara bersamaan. Namun pada suatu saat, ia mengalami mimpi yang sama selama tiga hari berturut-turut. Di dalam mimpinya, ia didatangi seorang pria berjenggot dan berjubah putih.

Pria di mimpinya itu menyampaikan pesan, agar ia mengambil sempilan kayu dari Pedati Gede yang asli. Agar dipasang dan ditanam di dalam replika yang sedang dibuat di bagian atap kereta.

Maka, ia pun datang kembali sowan ke kuncen Pedati Gede. Dan seakan sudah tahu apa yang dialami Herro. Sang kuncen pun memberikan sebilah sempilan kayu, yang memang merupakan sempilan bagian atap dari kereta Pedati Gede.

Sebelum diserahkan kepada tim yang membuat replika di Bandung, Herro pun sempat menyimpan sempilan kayu tersebut. Dan memang kayu berukuran kecil tersebut berbau sangat wangi.

Singkat cerita, kayu sempilan dari kereta Pedati Gede yang asli pun ditanam di bagian atap dari replica. Sesuai dengan petunjuk dari sang kuncen, dan juga dari mimpi yang ia alami.

Saat pengerjaan, Herro sempat menerima laporan bahwa tim di Bandung kesulitan menanamkan kayu sempalan yang ia berikan. Ternyata, saat itu tim mencoba memasukannya di bagian yang lain, padahal seharusnya ditanamkan di bagian atap.

Kepada Rakyat Cirebon, Herro pun sempat memperlihatkan sempalan kayu yang dimaksud. Dan saat ini sudah ditanamkan di bagian atap dari replika Pedati Gede.

“Kayunya sempat mau ditanamkan di bagian roda, di bagian sasis, tapi tidak bisa. Karena memang seharusnya di bagian atap. Begitu ditanam di atap, langsung bisa masuk,” ujar Herro.

Saat ini, pembuatannya sudah selesai, dan akan dibawa untuk dirakit di lokasi yang sudah disiapkan. Bagian-bagian replika akan dibawa ke Kota Cirebon, Rabu malam, diantar langsung oleh tim dari Bandung.

“Kita hanya mencoba menghormati budaya dan menjalankan petunjuk. Namun saya yakin intinya adalah nilai-nilai Syiar Islam,” jelas dia.

Dalam rencana perakitan nanti, ia pun menjalankan apa yang menjadi petunjuk dari sang kuncen. Ada beberapa catatan yang harus dilaksanakan. Di antaranya, disebutkan Herro, replika Pedati Gede harus dibawa dari Bandung oleh tujuh orang. Sebelum berangkat, ketujuh orang itu harus mengawali dengan adzan dan bershalawat.

Kemudian, replika tersebut harus berangkat tepat pukul 19.30 WIB (Rabu malam, red), dan melakukan perjalanan hingga diprediksi sampai pukul 02.00 WIB.

Bagian-bagian replika Pedati Gede yang dibawa pun, saat tiba di Kota Cirebon tidak boleh langsung diturunkan. Karena penurunan harus dilakukan tepat pukul 07.00 WIB pagi. Kembali diawali dengan ketujuh petugas yang membawanya melantunkan adzan serta shalawat.

“Awalnya yang nganter mau lima orang, tapi sesuai petunjuk harus tujuh. Selain itu, ketujuh orang yang membawa, wajib salat shubuh di Kota Cirebon. Di masjid mana saja di wilayah Cirebon. Begitu petunjuknya, dan kita hormati,” ujar Herro.

Setelah diturunkan, bagian-bagian replika pun tidak langsung dinaikkan ke atas dudukan yang disiapkan. Karena proses penaikan harus dilakukan pukul 09.00 WIB tepat. Baru boleh naik untuk mulai dirangkai. Karena sebelumnya akan ada ritual doa bersama.

Selama pengerjaan fisik di lokasi, dari petugas jaga malam, Herro pun menerima laporan bahwa setiap malam Jumat, mereka kerap melihat sesuatu tepat di atas bangunan yang nantinya akan menjadi dudukan dari replika Pedati Gede.

Mencoba berpikir positif dari petunjuk yang ia terima dari sang kuncen, kata Herro, ia pun mencoba mengambil nilai. Semua itu merupakan bentuk rasa syukur dan bentuk penghormatan kepada tokoh dan sosok yang sangat erat dengan Pedati Gede. Sehingga saat replikanya dibuat, ada doa yang dipanjatkan kepada tokoh Ki Gede Pekalangan.

Proses perangkaian replika diestimasi akan memakan waktu selama tiga hari. Dan lagi-lagi, selama pengerjaan, mereka tidak boleh melewatkan salat lima waktu. Lalu setelah proses merangkai replika selesai, ditutup dengan doa bersama.

Tak hanya untuk mereka tim berisi tujuh orang yang membawa bagian-bagian replika Pedati Gede ke Cirebon, kata Herro, para petugas di Kota Cirebon pun melakukan beberapa hal. Di antaranya, saat bagian-bagian replika di perjalanan menuju Cirebon, tim dari DPRKP, kurang lebih tujuh orang, tepat pukul 23.30 WIB berziarah ke makam Ki Gede Pekalangan untuk kulonuwun karena replika akan mulai dirangkai.

“Kami yang di Cirebon, jam setengah 12 malam (semalam, red) akan ziarah ke Gunung Jati. Kulonuwun. Mudah-mudahan, dikerjakan dengan cara baik, hasilnya juga baik,” kata Herro.

Ditambahkan Herro, direncanakan proses perakitan akan dimulai pukul 09.00 WIB tanggal 10 November (hari ini, red) dan akan dihadiri langsung oleh Walikota Cirebon, Drs H Nashrudin Azis SH, yang akan melakukan peninjauan ke lokasi perakitan.

Terlepas dari berbagai cerita yang dialami Herro selama masa pengerjaan, itu semua coba untuk dihormati dan dijalankan. Dengan harapan, ke depan, taman Replika Pedati Gede bisa menjadi ikon kebanggaan Kota Cirebon. Dan menjadi fasilitas yang bisa dinikmati masyarakat.

Sesuai dengan harapan Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Kota Cirebon, Wandi Sofyan SSTP, replika Pedati Gede yang pembuatannya sudah melalui proses survei secara mendatail dari tim LP2M ITB. Penampakannya dibuat sangat mirip dengan aslinya, bisa menjadi daya tarik baru di Kota Cirebon.

“Replika ini sangat detail, sama dengan aslinya. Termasuk retakan kayu, hingga alur pola kayunya, di replikasi Pedati Gede juga muncul retakannya," kata Wandi. (*)

Sumber: