Garis Wali Songo Keturunan Nabi Bermula dari Sunan Gresik, Kenapa Dzurriyah Ini Tidak Pernah Terlihat?

Garis Wali Songo Keturunan Nabi Bermula dari Sunan Gresik, Kenapa Dzurriyah Ini Tidak Pernah Terlihat?

Restorasi Makam Maulana Malik Ibrahim, atawa Sunan Gresik, pada April 1912. Pemugaran ini dipimpin Dr. DA Rinkes. (Foto: Leiden University)--

RAKYATCIREBON.ID-Benarkah Wali Songo keturunan Nabi Muhammad? Hal ini ternyata banyak ditanyakan kaum Muslimin di Tanah Air. Pasalnya, Wali Songo merupakan tokoh penyebar agama Islam yang paling tersohor di Nusantara.

Berdasarkan berbagai sumber, kalangan pesantren di Indonesia kerap menyebut garis keturunan wali songo bersambung hingga Nabi Muhammad Saw yang berasal dari putri Rasulullah Saw yakni Sayyidina Fathimah RA. Menurutnya, garis keturunannya bermula dari Sunan Gresik atau yang lebih dikenal dengan Maulana Malik Ibrahim.

Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim berada di catatan As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa jilid.

Dalam masyarakat santri Jawa, Maulana Malik Ibrahim dipandang sebagai gurunya-guru tradisi pesantren di tanah Jawa, dan ternyata baik dari sisi sanad atau nasab, tidak sedikit pesantren-pesantren tua di Indonesia terindikasi memiliki ketersambungan kepada Rasulullah melalui jalur wali songo.

Namun demikian juga sudah umum diketahui bila mayoritas dari kalangan yang memiliki nasab yang tersambung dari Wali Songo kurang berkenan mengaku-ngaku. Apalagi sampai mengumumkan bahwa dirinya adalah keturunan Wali Songo, ataupun mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.

Bahkan untuk mengaku sebagai anak kiyai juga tidak sedikit yang merasa malu. Karena mereka khawatir tidak mampu menjaga kehormatan orang tuanya sebagai tokoh ulama yang dipandang.

Karena terdapat tanggung jawab moral yang besar bila memiliki nasab mulia dan terlebih lagi tidak diperbolehkan menjadikannya alat untuk meraih pengaruh di tengah masyarakat.

Berikut adalah penjelasan mengenai Wali Songo.

  1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim. Dirinya dikenal juga dengan nama Syekh Magribi. Sunan Gresik disebut berasal dari Samarkand, Asia Tengah lalu menyebarkan ajaran Islam di wilayah Gresik, Jawa Timur. Sunan Gresik berdakwah dengan mengajarkan cara bercocok tanam, melalui pendidikan dengan mendirikan pesantren, serta membangun surau. Sunan Gresik wafat pada tahun 1419 dan dimakamkan di Kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
  2. Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Muhammad Ali Rahmatullah, atau dikenal juga dengan nama Raden Rahmat. Sunan Ampel merupakan anak dari putri raja Campa atau sebuah kerajaan di Vietnam. Sunan Ampel menyebarkan agama Islam di Surabaya dan terkenal dengan ajaran "Moh Limo". Ajaran tersebut terdiri dari Moh Main (tidak berjudi), Moh Ngombe (tidak mabuk), Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat (tidak candu pada obat-obatan), dan Moh Madon (tidak berzina).
  3. Sunan Giri memiliki nama asli Muhammad Ainul Yaqin atau juga dikenal dengan nama Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, dan Joko Samudro. Sunan giri juga dikenal dengan cara dakwah melalui seni dengan tembang Macapat, seperti Pucung dan Asmarandana. Sunan Giri wafat pada tahun 1506 M, dan dimakamkan di Dusun Giri Gajah Desa Giri Kecamatan Kebomas, Gresik.
  4. Sunan Bonang memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim yang merupakan putra dari Sunan Ampel. Sunan Bonang menyebarkan ajaran agama Islam melalui kesenian dengan melakukan akulturasi budaya mulai dari Tuban, Rembang, Pulau Bawean, hingga Madura. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, namun makamnya ada di dua tempat. Yang pertama terletak di sebelah barat Masjid Agung Tuban dan yang kedua di Pulau Bawean.
  5. Sunan Drajat merupakan anak dari Sunan Ampel sekaligus adik dari Sunan Bonang yang memiliki nama Raden Syarifudin atau Raden Qasim. Dia berdakwah dari daerah pesisir Gresik hingga berakhir di Lamongan. Cara berdakwahnya termasuk dengan memanfaatkan media seni dengan suluk dan tembang pangkur.
  6. Sunan Kalijaga yang memiliki nama asli Raden Said memulai dakwah di Cirebon, dan kemudian meluas hingga Pamanukan hingga Indramayu. Sunan Kalijaga juga dikenal dengan cara dakwahnya yang menggunakan kearifan lokal termasuk kesenian melalui media wayang. Sunan Kalijaga wafat pada 1513 M dalam usia 131 tahun dan dimakamkan di Desa Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.
  7. Sunan Muria yang memiliki nama asli Raden Umar Said berdakwah mencakup Jepara, Tayu, Juana, hingga sekitar Kudus dan Pati. Ia berdakwah dengan mengajarkan cara berdagang, bercocok tanam, dan melaut, serta melalui kesenian gamelan. Sunan Muria menciptakan Tembang Macapat, yakni Sinom dan Kinanti. Sunan muria wafat pada tahun 1551 M dan lokasi makamnya berada di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
  8. Sunan Kudus memiliki nama asli Jaffar Shadiq atau Sayyid Ja'far Shadiq Asmatkhan, dan dikenal dengan panggilan Raden Undung. Keunikan dakwah Sunan Kudus adalah dengan menggunakan sapi yang disebut Kebo Gumarang. Sunan Kudus berdakwah dengan menciptakan Tembang Macapat, yakni Gending, Maskumambang dan Mijil. Sunan Kudus wafat sekitar tahun 1550 Masehi dan dimakamkan di lingkungan Menara Kudus.
  9. Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah yang merupakan pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten. Ia juga menjadi satu-satunya wali yang menjabat sebagai kepala pemerintahan. Ia berasal dari Pasai, Aceh yang kemudian singgah di Jawa Barat sepulangnya dari Mekkah. Sunan Gunung Jati melakukan pendekatan budaya untuk menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Ia juga mendekati masyarakat dengan membangun berbagai infrastruktur di wilayah kepemimpinannya. Sunan Gunung Jati dimakamkan di puncak Bukit Sembung yang berlokasi di pinggiran Kota Cirebon. (*)

Sumber: