Piring Para Wali Saat Musyawarah di Cirebon, Tradisi Siraman Panjang Digelar di Kraton Kasepuhan
Siraman Panjang piring peninggalan Sunan Gunung Jati di Keraton Kasepuhan Cirebon yang merupakan bagian dari tradisi Muludan atau Maulid Nabi Muhammad SAW.-Dedi Haryadi-radarcirebon.com--
"Di dalam tubuh manusia ada 70 persen air, dan perlu disucikan tidak hanya secara lahir, tetapi juga batin. Itu makna sesungguhnya," jelasnya.
Ia menambahkan, dengan kita mendoakan dan bersalawat, tentu semua berharap mendapatkan berkah dan syafaat.
Diketahui, piring-piring tersebut adalah piring yang digunakan oleh para wali ketika melakukan musyawarah di Cirebon.
Selain prosesi Siraman Panjang, ada juga bekaseman. Kegiatan ini membuat hidangan bekasem dari ikan kakap.
Hampir 1 bulan bekaseman itu ditempatkan di dalam guci khusus. Nanti saat dibuat Nasi Jimat akan dicampurkan. Ada 3 atau 4 jenis ikan.
Nasi Jimat sendiri baru akan dibuat pada H-3 Panjang Jimat dan disuguhkan pada saat prosesi Panjang Jimat.
Selain Siraman Panjang juga terdapat beragam ritual lainnya menuju Panjang Jimat yakni membuat boreh, hingga nasi jimat.
Upacara siraman panjang jimat adalah tradisi leluhur Kesultanan Kasepuhan menjelang acara puncak muludan. Benda pusaka dibersihkan agar ketika digunakan nanti benda-benda tersebut benar-benar bersih.
Siraman panjang ini hanya dilakukan satu tahun sekali setiap tanggal 5 maulud. Setelah dipakai kemudian disimpan di kamar pusaka dan baru dicuci lagi pada tanggal 5 mulud tahun berikutnya. (*)
Sumber: