Banyak Swing Voters, Figur Popular Belum Tentu Dipilih

Banyak Swing Voters, Figur Popular Belum Tentu Dipilih

SWING VOTERS. Angka swing voters menjelang Pilkada Kota Cirebon 2024 masih tinggi. FOTO : SUWANDI/RAKYAT CIREBON--

CIREBON - Tingkat keterkenalan figur politik tidak serta merta menentukan keterpilihannya pada pemilihan umum. Banyak faktor dapat mempengaruhi tingkat elektabilitas seseorang. 

Antara lain popularitas. Ini sangat bergantung pada citra positif sang politisi di masyarakat. Seandainya dikenal sebagai sosok yang baik, pengaruh terhadap elektabilitas akan besar. 

Sedangkan sebaliknya, jika citra negatif yang ditampilkan maka sulit meraih suara publik dalam ajang pemilu. Oleh karena itu, adagium popular belum tentu dipilih masih berlaku dalam politik. 

Pengamat Politik Kota Cirebon, Herawan Effendi mengatakan, hingga saat ini tokoh-tokoh popular di Kota Cirebon belum sepenuhnya menampilkan citra positif. 

"Masing-masing punya kelemahan yang dapat dimanfaatkan lawan politiknya. Maka, tidak cukup hanya berbekal popularitas, juga harus punya daya tawar tinggi (bargaining position)," kata Effendi.

Soal bargaining, tentu saja ketua-ketua partai sangat diuntungkan. Sebab mereka punya 'hak istimewa' mencalonkan dan dicalonkan pada Pilkada Kota Cirebon 2024.

Apalagi partai yang dimaksud punya sumber daya politik yang besar. Misalnya menjadi pemenang pileg atau pemenang pilkada sebelumnya. Akan lebih mudah dalam menghadapi pemilu berikutnya. 

Bekal lain yang tak kalah penting dimiliki oleh figur politik selain popularitas dan bargaining position ialah sumber daya finansial sebagai 'ongkos politik'. 

Harus diakui, biaya operasional pada setiap gelaran pilkada tak cuma dikucurkan bagi KPU dan Bawaslu saja dalam mensukseskan pilkada dan meningkatkan partisipasi masyarakat pada pilkada. 

Di skup lain, para kandidat, partai koalisi dan kelompok-kelompok pendukung juga andil dalam sosialisasi pilkada terutama mengenalkan kandidat yang didukungnya. 

"Kerja-kerja mereka tidak terlingkup oleh anggaran pemilu. Melainkan modal swadaya yang peruntukannya sangat cukup vital dalam meningkatkan partisipasi pemilih," tambahnya.

Dalam konteks Pilkada Kota Cirebon 2024, Effendi menilai masih ada waktu bagi semua figur-figur politik di Kota Cirebon untuk bermanuver menebar citra positif dari masyarakat.

Pasalnya, kata dia, dalam Survei Pemilu Rakyat sepanjang empat kali digelar, jumlah responden yang belum menentukan pilihan pada Pilkada Kota Cirebon 2024 sangat besar.

Pada survei pekan keempat, Senin (3/6) di Kelurahan Jagasatru, 65,21% responden mengaku belum menentukan pilihan politiknya kepada kandidat yang mana alias swing voters. (wan)

Sumber: