Beber dan Greged Rawan Longsor Warga Resah Akibat Pergeseran Tanah
TUNJUKAN. Salah satu warga menunjukan lahan pekarangannya ambles, menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--
RAKYATCIREBON.ID, CIREBON – Kabupaten Cirebon, memiliki wilayah dataran tinggi dan rendah. Risiko bencana alamnya pun beragam. Di dataran rendah, banjir menjadi ancaman rutin saat musim hujan, sementara di dataran tinggi, khususnya di perbukitan yang berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, longsor menjadi masalah yang mengkhawatirkan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Deni Nurcahya, mengungkapkan bahwa wilayah-wilayah seperti Beber dan Greged termasuk daerah rawan pergerakan tanah.
"Daerah rawan longsor itu ada di Beber, Greged, dan perbatasan dengan Kuningan. Di sana sering terjadi pergerakan tanah," kata Deni ketika dihubungi Rakyat Cirebon, Senin (21/10).
Ia menambahkan, saat ini pihaknya belum mengetahui secara pasti penyebab pergerakan tanah di Desa Beber yang ramai diperbincangkan di media. "Kalau penyebab pastinya masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Tapi memang wilayah tersebut berbukit dan tebing, sehingga rawan pergeseran tanah," ujar Deni.
BPBD berencana melakukan asesmen lapangan untuk mengetahui kondisi terkini dan risiko yang lebih rinci. "Besok kami akan melakukan asesmen guna memetakan situasi di lapangan," tambahnya.
Sebelumnya, sejumlah rumah di RT 02 RW 07, Blok Pon, Desa Beber, dilaporkan mengalami retak-retak akibat pergerakan tanah yang terjadi dalam dua tahun terakhir. Beberapa lahan pekarangan warga bahkan ambles, menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Andi, salah seorang warga terdampak, mengungkapkan bahwa pekarangan rumahnya ambles hingga sekitar tiga meter. "Ya, tentu khawatir, semoga ada tindakan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah," ujarnya.
Hal serupa disampaikan oleh Maemunah, warga lain yang heran dengan fenomena ini. Menurutnya, meski sering terjadi hujan deras, tanah di wilayahnya biasanya stabil. Namun, dalam dua tahun terakhir, dinding rumahnya mulai retak dan sumur-sumur warga mulai mengering.
"Dulu rumah masih dari bilik dan aman-aman saja. Sekarang, setelah dibangun lebih bagus, malah retak-retak," katanya.
Kuwu Desa Beber, Momon, mengakui bahwa fenomena tanah ambles ini adalah yang pertama kali terjadi selama ia menjabat. "Kami sudah berkoordinasi dengan pihak terkait dan sedang menunggu hasil analisis sebelum mengambil tindakan lebih lanjut," katanya.
Warga berharap ada solusi dari pemerintah untuk mengatasi pergerakan tanah dan mencegah kerusakan yang lebih besar di masa mendatang. (zen)
Sumber: