Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tracking TBC Sampai 120 Persen
HKN. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, dr R Vini Adiani Dewi diwawancara usai peringatan HKN tingkat Provinsi di Balai Kesehatan Paru, Kota Cirebon, Kamis (5/12).-ISTIMEWA/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID-ISTIMEWA/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID
CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat melakukan gerakan Geber Sijumo di Kota Cirebon, Kamis (5/12) kemarin.
Geber Sijumo ini dilakukan Dinas Kesehatan Jawa Barat di Balai Kesehatan Paru masyarakat Provinsi Jawa Barat di Jalan Satria, Kesambi, Kota Cirebon dalam agenda gebyar Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2024 tingkat Provinsi Jawa Barat.
Sijumo sendiri merupakan sebuah upaya Dinas Kesehatan Jawa Barat yang dilakukan melalui literasi kesehatan untuk mengintervensi Stunting, Imunisasi, Jumantik dan Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk TBC. Karena untuk TBC ini minum obatnya harus rutin.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, dr R Vini Adiani Dewi mengungkapkan, salah satu isu yang disorot pada momentum HKN kali ini adalah TBC. Karena angka TBC di Jawa Barat cukup tinggi.
Pasca pandemi, pemprov terus mengupayakan pemutusan penularan TBC, dan hal itu dilakukan dengan prinsip untuk menemukan penderita sebanyak-banyaknya.
"Luar biasa, tim di 27 daerah di Jabar bekerja keras, karena hasil tracking kita sampai 120 persen. Mungkin ada yang bertanya, kalau semakin banyak bukannya semakin jelek, tetapi untuk TBC ini tidak," ungkap dr Vini.
Indonesia, khususnya Jawa Barat, lanjut dr Vini, adalah daerah endemis sehingga potensi TBC cukup tinggi.
Maka dari itu, salah satu target 2025, adalah bagaimana menuntaskan kasus TBC, dengan cara semakin banyak menemukan para penderita.
"Makin banyak ditemukan, semakin banyak yang sembuh, dan penularan akan berhenti. TBC itu mudah ditularkan, dengan perbandingan, satu orang menularkan 10 orang. Jadi semakin banyak ditemukan, makin bagus," jelasnya.
Ditambahkan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, dari 120 persen tracking yang dilakukan, angka kesembuhannya juga cukup bagus. Sehingga pihaknya terus mengampanyekan agar para penderita mulai menjalani terapi obat untuk memutus itu.
"Dari 120 persen, yang selesai pengobatan itu 76 persen. Berarti ada sekitar 50 persen lagi yang belum mau memulai pengobatan. Banyak stigma di masyarakat, padahal TBC bukan aib, jadi jangan malu untuk memulai minum obat," tuturnya.
Sementara itu, Kepala RS Paru Sidawangi dr Hadri Pranomo MARS menyebutkan, untuk angka TBC, di Indonesia, kasus TBC berads di peringkat terbanyak kedua, sehingga pemerintah menjadikan isu TBC ini sebagai salahsatu fokus untuk dientaskan.
"TBC kita nomor dua di dunia, kita di bawah India. Jabar menjadi kantung dengan 20 persen di seluruh Indonesia. Jadi beban kasus lebih tinggi dari daerah lain," ungkap dr Hadri.
Sejak zaman dulu, kata dr Hadri, Cirebon ini menjadi salah satu daerah yang dijadikan kantung pengobatan TBC, terbukti dengan adanya RS Paru Sidawangi di Kabupaten Cirebon, dan balai pelayanan di Jalan Satria, Kesambi.
Sumber: