Nasib Pilu Warga Sekitar PLTU Cirebon

Nasib Pilu Warga Sekitar PLTU Cirebon

EFEK. Nelayan di wilayah perairan Cirebon terkena imbas dari operasional PLTU Cirebon.--

Cuaca yag tidak bisa diprediksi menjadi salah satu kendala, ia pernah pulang hanya membawa hasil satu sampai dua kilogram atau bahkan tidak dapat sama sekali. Padahal setiap kali melaut, ia harus mengeluarkan modal Rp50 ribu untuk membeli lima liter solar.

 

Supri sebenarnya adalah nelayan pencari udang. Namun belakangan udang sulit didapat sehingg hasil laut apa saja yang ia dapatkan, ia bawa pulang. 

 

Sebelum bergegas pulang untuk jumatan, Supri memisahkan sebagian udang dan cumi untuk lauk di rumah. Ia menaruhnya ke dalam wadah yang bertutup, sisanya yang lebih banyak ditaruh di dalam ember, dijual untuk biaya pengganti modal.

 

Tak jauh dari penambatan kapal di muara Desa Citemu itu, Zainab (50 tahun) dan Sani (62 tahun) menanti hasil tangkapan para nelayan di bawah rindang pohon asem. Sani, yang sudah menjadi nelayan sejak umur 15 tahun mengaku penghasilan laut tidak bisa diharapkan lagi untuk kehidupan sehari-hari.

 

“Dulu pas jayanya sehari bisa dapat 1 juta. Bisa dipakai beli solar, beli rokok. Itu bisa ada temannya (melaut) 1-2 (orang) bisa kasih lebih Rp100 ribu hingga Rp200 ribu, sisanya bisa nyimpan. Sekarang dapatnya Rp150 ribu,” cerita Sani. “Untuk makan aja susah.”

 

Zainab, nelayan yang memiliki 14 orang cucu juga mengeluhkan hal sama. “Bawa limbah banyak. Itu pada ngomong ikan-ikan mati semua, ngambang semua kena limbah PLTU. Nelayan bakal ini mati semua ikannya,” ungkap Zainab dengan aksen khas Cirebon.

 

Dua nelayan yang baru pulang melaut tadi, membawa hasil melautnya ke Zainab dan Sani. Meraka pulang naik sepeda dan menenteng ember-ember berisi hasil laut, bergegas ke masjid untuk mendirikan salat Jumat.

 

BACA JUGA:Meski Diprotes, Pembangunan PLTU II Jalan Terus

Sumber: