Gubernur Larang Study Tour, SMA Negeri 6 Cirebon Tak Terganggu

STUDY TOUR. Pihak SMA Negeri 6 Cirebon ikut patuh dengan adanya kebijakan larangan study tour yang diterbitkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.-ISTIMEWA/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID-
CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID – Salah satu SMAN di Kota Cirebon berencana tidak akan melaksanakan kegiatan study tour, menyusul kebijakan larangan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Larangan kegiatan study tour yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi ini berlaku bagi seluruh SMA, SMK, dan SLB yang berada di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Humas SMA Negeri 6 Cirebon, Eka Novianto menegaskan bahwa pihaknya sejak awal memang tidak merencanakan study tour.
“Kami dari awal belum merencanakan study tour. Jadi ketika ramai diperbincangkan, sekolah kami memang tidak ada rencana itu. Bahkan siswa melalui Dewan Perwakilan Siswa baru akan menyebarkan angket untuk mengetahui perlu tidaknya study tour. Namun kebijakan larangan sudah lebih dulu dikeluarkan,” ujarnya.
Dengan adanya kebijakan ini, kata Eka, pihak sekolah menuai beragam reaksi, baik dari siswa maupun orang tua.
“Ada beberapa siswa dan orang tua yang bertanya langsung kepada saya, mengapa study tour ditiadakan. Kami pun memberikan pemahaman bahwa ini adalah kebijakan dari pemerintah provinsi yang harus diikuti,” katanya.
Selain study tour, kebijakan ini juga berdampak pada kegiatan perpisahan siswa kelas 12.
Eka menuturkan biasanya, perpisahan siswa kelas 12 di SMA Negeri 6 Cirebon ini melibatkan aspirasi siswa yang tergabung dalam OSIS dan panitia dari siswa sendiri.
“Sebelumnya, perpisahan dilakukan berdasarkan aspirasi siswa. Mereka memilih tempat, mengemas acara, hingga menentukan perguruan tinggi yang akan dikunjungi dalam rangka orientasi pendidikan. Namun, dengan adanya kebijakan ini, kami harus mencari alternatif lain,” tuturnya.
Lebih lanjut, Eka mengatakan, pihak SMA Negeri 6 Cirebon melakukan diskusi bersama siswa kelas 12 yang berjumlah 354 orang. Hasilnya, mereka sepakat untuk melaksanakan perpisahan secara sederhana di lingkungan sekolah.
“Anak-anak akhirnya memahami situasi ini. Mereka menerima keputusan dan sepakat untuk mengadakan acara perpisahan di sekolah saja, dengan konsep yang lebih sederhana namun tetap khidmat,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan salah satu pertimbangan lain adalah kondisi ekonomi masyarakat.
“Kami memahami bahwa daya beli masyarakat sedang menurun. Oleh karena itu, kami berupaya mencari solusi agar tetap bisa melaksanakan perpisahan tanpa membebani orang tua siswa,” tambahnya.
Saat ini, pihak SMA Negeri 6 Cirebon sedang berdiskusi dengan siswa terkait teknis pelaksanaan perpisahan siswa kelas 12, termasuk kemungkinan penggunaan tenda atau format acara lainnya.
Sumber: