Angka Putus Sekolah di Kabupaten Majalengka Masih Sangat Tinggi
RAKYATCIREBON.ID – Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Majalengka, Aris Prayuda mengaku prihatin dengan tingginya angka putus sekolah di kabupaten Majalengka, khususnya di kecamatan Leuwimunding.
Menurut Aris, hasil penelusuran pihaknya dari satu sekolah SMP dari total yang lulus 70 persen masuk ke PKBM dari pada sekolah umum.
Pandemi Covid-19, kata Aris, membuat membuat kegiatan belajar mengajar secara langsung ditiadakan dan dipindahkan menjadi metode belajar dari rumah. Namun hal ini justru membuat anak menjadi stres dan tertekan lantaran harus belajar bersama orang tuanya.
\"Dan dari hasil diskusi virtual pun Forum Anak Majalengka juga banyak teman-temannya bilang mending kerja bahkan nikah daripada sekolah begini-begini saja,\" ungkap Aris kepada Rakyat Cirebon, Selasa (29/6).
Hal tersebut menjadi salah satu faktor tingginya angka putus sekolah di kalangan pelajar. Belum lagi ditambah pengaruh dari faktor lainnya.
Sebelumnya, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur pulang kampung ke Leuwimunding Majalengka.
Namun dia tampak heran ketika silaturahim dengan warga kampungnya. Ternyata banyak sekali anak putus sekolah di kampung halamannya.
Ia menyebut ada murid sudah kelas IX berhenti sekolah. Ada juga yang kelas VIII dan VII berhenti dan seterusnya.
“Padahal sekolahnya gratis,” kata Asep dalam acara silaturahim di Gedung Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah 02 Leuwimunding Majalengka.
Pihaknya memang mengratiskan semua murid di sekolah yang didirikan di kampung halamannya. Asep meminta agar para guru bekerja lebih keras untuk memajukan Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah 02.
Ia minta para guru bisa mengantar anak-anak didiknya berprestasi dan mengantar ke perguruan tinggi. Asep menarget ada tiga siswa Madrasah Aliyah Amanatul Ummah 02 diterima di Fakultas Kedokteran, di samping berbagai fakultas lain.
“Soal biaya dipikirkan nanti,” kata Kiai Asep yang mengaku akan menanggung separuh biaya kuliahnya.
Dirinya juga menceritakan pengalaman pahitnya ketika masih kecil. Namun ia tetap punya tekad membara untuk menuntut ilmu.
Menurut dia, saat ditinggal wafat abahnya, KH Abdul Chalim, ia tak bisa melanjutkan sekolah karena tak ada yang membiyai. Saat itu ia duduk di bangku SMA.“Akhirnya saya mengembara,” katanya.
Sumber: