Jurnalisme Data, Tebar Ancaman Atau Manfaat?

Jurnalisme Data, Tebar Ancaman Atau Manfaat?

Terlepas dari skeptisme akurasi data, hal yang paling mendasar dari kehadiran jurnalisme data ini adalah jangan sampai implikasinya menggeser keberadaan jurnalis, baik itu reporter ataupun fotografer yang tergantikan dengan data analis, programmer atau sejenisnya. Bijaknya, perusahaan media harus membekali jurnalis dengan kemampuan analisis data hingga visualisasi data. Bukan menggantinya dengan profesi lain.

Perusahaan juga seharusnya tidak melahirkan konsep programmer-jurnalis, melainkan jurnalis-programmer yang saling adaptif satu sama lain. Interaksi antara keduanya harus dibuat harmonis dalam kerangka fungsi yang terpadu.

Perusahaan harus mampu mengakomodir keduanya dengan baik, memperlakukannya tanpa pilih kasih. Jurnalis jangan sampai menjadi anak tiri dalam rahim jurnalisme. Hal yang perlu diingat, nyawa dari sebuah berita itu bukan di data tetapi ada di jurnalis. At the end of the day, data isn’t the story; people are the story (Casselman, 2019).

Oya, fotografer senior itu memiliki catatan foto jurnalistik yang luar biasa. Tidak sedikit orang yang mengakui karyanya, nasional dan internasional. Sangat disayangkan jika kehadiran jurnalisme data justru membuat ruang foto jurnalistik menjadi sempit. Semoga itu tidak terjadi.

Referensi:

Badri, Muhammad. 2017. Tren Pola Konsumsi Media di Indonesia Tahun 2017, Jakarta: Serikat Perusahaan Pers (SPS)

Casselman, Ben. 2019. In Data Journalism, Tech Matters Less Than the People

Segnini, Giannina. 2015. Verification Handbook for investigative reporting dalam Salazar, Milagros. 2018.

Penulis: Pundra

Sumber: