APFF Putar 10 Film Pendek di Saung Juang Cirebon

APFF Putar 10 Film Pendek di Saung Juang Cirebon

CIREBON – Asia Peace Film Festival (APFF) merupakan sebuah festival film internasional yang mengusung pesan-pesan perdamaian. APFF pun pernah diselenggarakan di Islamabad, Pakistan pada 2017. Dan Kota Cirebon menjadi salah satu kota dalam penyelenggaraan Asia Peace Film Festival (APFF) Special Screening for Minikino. Special Screening ini berisi 10 judul film pendek Being A Human Being dan merupakan film pendek pilihan yang bekerja sama dengan Cinema Cirebon dan Saung Perjuangan selama 3 hari berturut-turut sejak tanggal 1 Mei hingga 3 Mei 2018 di Kedai Kopi Saung Perjuangan Kota Cirebon. Pemutaran film pendek ini bertujuan karena kedekatan emosional membuat generasi milennial sangat mudah terbawa dengan cerita-cerita yang dibangun dalam sebuah film. Lewat film juga, generasi muda diajak untuk lebih peka dan berpikir kritis terhadap beragam fenomena sosial. Dan di antara 10 film pendek yang diputar di Kota Cirebon, salah satunya seperti Angka Jadi Suar yang bekerja sama dengan buruh pabrik garmena, Ibu an Extraordinary Mother, yang bercerita tentang ibu tukang parker yang menjadi tulang punggung keluarga dari anak-anaknya, Mother, yang disutradarai oleh Maria Mavoty asal Iran. Film Mother menceritakan seorang ibu gagal menyelamatkan anak perempuannya ketika ISIS menyerang Shengal, kota tempat tinggalnya. Ada juga film berjudul In Mediterrenian Arms karya Arvin Medghalchi, asal Iran. The Story of Motorbike karya Junqing Duanniu asal Jepang, So Easy karya Majid Amiri Mendi asal Iran. MY Clay Conception karya Zanyar Muharnmadineku asal Iran, dan ada film The Box karya Merve-Cirisoglu-Cotur asal Turki yang menceritakan tentang kehidupan bahagia anak Syria setelah perang. Serta film berjudul Water, karya Sayed Jalal Rohani asal Afghanistan yang menceritakan tentang Marzia, anak berusia 8 tahun korban human trafficking. Edo Wulia, mewakili tim pelaksana kegiatan, acara pemutaran program APFF di Kota Cirebon bekerja sama dengan Cinema Cirebon dan Saung Perjuangan ini bertujuan untuk mendorong kebiasaan berpikir kritis penonton melalui pemutaran program film pendek yang memicu diskusi. “Tujuannya simple kita ajak semua berpikir kritis,\" kata  dia. Menurut Edo, kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan hubungan yang produktif dan saling membangun antarpenonton serta penyelenggara festival film dari kedua negara. \"Dan melalui pemutaran dan diskusi bulanan, Minikino mempromosikan pertukaran dan jaringan antara pembuat film dan penonton. Karena beberapa kelompok pembuatan film ditemukan oleh para pembuat film yang kebetulan bertemu sebagai penonton dalam kegiatan rutin pemutaran dan diskusi film pendek Minikino,\" kata dia. Edo menjelaskan, Minikino, fokus pada menciptakan budaya film pendek di Indonesia, mewujudkannya dengan mengadakan pemutaran dan diskusi rutin film pendek internasional pilihan. Dan rangkaian acara ini, telah dilakukan tiap bulan sejak 2002 tanpa henti, dan telah melibatkan berbagai rekan tempat maupun rekan organisasi di berbagai kota di Indonesia, bahkan sampai ke mancanegara. Pada bulan Mei 2018, pemutaran dan diskusi bulanan Minikino kembali hadir. Kali ini dengan sebuah program khusus yang merupakan program tamu dari sebuah festival film negara Pakistan bertajuk Asia Peace Film Festival Special Screening Package for Minikino. Screening & Diskusi Bulanan Minikino ini pun, telah memberikan kesempatan pada para pembuat film untuk memberi dampak lebih luas pada khalayak. Minikino juga bekerja dengan festival film baik di dalam dan luar Indonesia dengan merancang program khusus film pendek internasional atau Indonesia. Menarik diri keluar dari romantisme “film indie”, Minikino memutuskan untuk berfokus pada format dan media bercerita ketimbang semangat yang mungkin menyesatkan dari spirit independensi. Oleh karena itu, Minikino fokus pada menciptakan budaya film pendek di Indonesia, dengan mengadakan pemutaran dan diskusi rutin film pendek internasional pilihan. Kegiatan pemutaran dan diskusi film-film pendek tersebut, dihadiri oleh para pembuat film, dengan berbagai cara yang mungkin dilakukan, termasuk chatting secara online antarbenua yang dilakukan langsung setelah pemutaran. (kim)  

Sumber: