Tiga Kecamatan Terendam Banjir, Calon Bupati Belum ada yang Turun

Tiga Kecamatan Terendam Banjir, Calon Bupati Belum ada yang Turun

\"wilayah

RAKYATCIREBON.CO.ID   - Intensitas hujan yang cukup tinggi mengguyur Kabupaten Cirebon selama dua pekan menyebabkan bencana banjir. Terparah, di Wilayah Timur Cirebon (WTC).

Berdasarkan informasi yang dihimpun Rakyat Cirebon, sejak Sabtu sampai Selasa (9-12/2)  di kecamatan Mundu, terdapat empat desa terendam banjir. Mulai dari desa Mundu Mesigit, Mundu Pesisir, Desa Suci dan Desa Luwung.

Banjir juga menerjang desa Mertapa Kulon, Jepura Bakti, Jepura Kidul, dan Astanajapura di kecamatan Astanajapura. 

Bahkan,  32 rumah rumah desa Lemahabang dan Tuk Karangsuwung kecamatan Lemahabang juga terendam banjir.

Danton Sars Kabupaten Cirebon, Kandeg mengaku, telah mengerahkan 40 porsonel ke lokasi banjir di WTC. Hal itu sebagai langkah siaga saat warga membutuhkan pertolongan evakuasi.

“Sebanyak 40 personel disiagakan dilokasi banjir. Lengkap dengan peralatan dan persediaan pengamanan. Jadi ketika dibutuhkan, bisa langsung eksekusi,”ungkapnya, Senin (12/2).

Sementara itu, Aktivis Wilayah Cirebon Timur, Adang Juhandi menilai, dengan adanya bencana banjir semestinya pemerintah bisa segera pro aktif untuk menyelesaikannya.

Baik dengan cara turun langsung ke lapangan mengumpulkan aspirasi yang kemudian bisa dijadikan dalam menentukan kebijakan.

Jutsru, kata Adang, jangankan memberikan kebijakan pro rakyat, malah sebaliknya yang terlihat hanya menyibukan diri dengan persoalan menuju pemilihan bupati.

“Musim penghujan kali ini hampir sebagian wilayah Kabupaten Cirebon terutama di WTC terendam banjir. Seluruh fasilitas umum, akses jalan dan pendidikan beberapa hari ini menjadi terganggu. Pemeritah mestinya hadir ditengah masyarakat untuk menyerap aspirasi dalam menentukan kebijakan kedepan,” terang dia.

Menurutnya, saat ini banyak masyarakat Kabupaten Cirebon mengalami kesulitan air bersih, makanan dan ancaman kesehatan. Persoalan banjir seolah menjadi momok bagi masyarakat yang terjadi setiap tahun.

”Dari bupati ke bupati dari DPRD ke DPRD tidak pernah ada penyelesaian masalah banjir. Bicara kerugian tentu masyarakat yang tiap tahun menjerit baik harta bahkan nyawa,” tegasnya.

Adang mengaku, ironis ketika semua itu hanya diarahkan akibat gejala alam, dirasa kurang tepat. Mengingat yang terjadi banyak beroperasi dengan bebasnya galian C dengan begitu mudahnya perizinan pembangunan pabrik dan perumahan tanpa mengindahkan saluran irigasi dan pemukiman penduduk. 

Selain itu, kata dia, dalih kebutuhan dan kemajuan investor pun menjadi wajib dimunculkan dengan alasan untuk menumbuhkan PAD daerah.

“Banjir sudah empat hari menggenangi rumah rakyat. Tapi para calon bupati belum ada yang hadir ke tengah-tengah masyarakat. Banner dan baliho saja tidak cukup untuk menyapa warga Cirebon. Itu kan terkesan derita rakyat hanya jadi jargon politik untuk meraih kekuasaan saja,” bebernya.

Makanya, kata dia perlu uluran dan solusi tepat untuk mengatasi derita rakyat. Jangan hanya mengobral janji dan wacana dalam tiap forum dan ketika reses bagi anggota DPRD.

“Segera atasi dan cari solusi masalah banjir, daripada rakyat memunculkan mosi tidak percaya pada pemkab dan cuek dalam pilkada,” pungkasnya. (zen)

Sumber: