“Saya Nikahkan Engkau dengan Mas Kawin Segelas Air Putih…”

“Saya Nikahkan Engkau dengan Mas Kawin Segelas Air Putih…”

\"pernikahan

RAKYATCIREBON.CO.ID - Minggu (28/1) pagi lalu, Asep Sudrajat (38) dan Warningsih (27) resmi menjadi pasangan suami isteri. Bertempat di rumah orang tua mempelai perempuan di desa Arahan Lor RT 15/3, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu, prosesi akad nikah berlangsung khidmat.

Namun sebelum ijab kabul, perdebatan sempat terjadi antara pasangan pengantin dengan penghulu lantaran maharnya “hanya” segelas air putih.

Biasanya prosesi pernikahan diselenggarakan banyak orang secara ramai dan disertai hiburan, bahkan terkesan mewah.

Suasana itu berbeda saat berlangsungnya pernikahan pasangan Asep dan Ningsih, panggilan Asep Sudrajat dan Warningsih. Kesederhanaan pernikahannya sangat jelas terlihat, namun tidak mengurangi makna prosesi sakralnya.

Asep yang berasal dari Blok Lungsemut, Desa Kendayakan, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu saat ditemui di kediaman mertuanya, Selasa (30/1), menceritakan mahar segelas air putih dalam pernikahan itu bukan kemauannya, tapi dipenuhi atas permintaan dari perempuan idamannya yang dikenalnya pada 5 bulan lalu tersebut.

\"Sebelumnya pernah ngomong, tapi saya kira hanya bercanda. Tidak tahu beneran, ngomongnya langsung di depan penghulu. Malahan sebelum ijab kabul debat dulu, isteri saya kasihtahu kalau mahar air putih itu permintaan dia sendiri, bukan merendahkan saya. Kalau seperangkat perlengkapan salat sudah pasti harus ada,\" ungkapnya.

Disampaikan Asep, permintaan mahar segelas air putih itu benar-benar membuatnya bingung. Apalagi saat ditanya alasannya, pujaan hatinya tidak menjelaskan, hanya sebuah keinginan sendiri saja. Karena mahar berupa uang, barang atau benda sudah biasa digunakan oleh setiap orang yang menikah.

\"Tadinya minta nikahannya di masjid dan minta mahar dibacakan Al-quran surat pendek. Tapi akhirnya sepakat di rumah saja, sederhana tapi berkah. Katanya air putih itu melambangkan kesederhanaan dan menerima apa adanya, tidak ada filosofi atau alasan lain,\" kata pria yang menunggu panggilan kerja ke luar negeri melalui program G to G dan sesekali mengajar bahasa Korea di sebuah LPK ini.

Salah satu paman mempelai pria, Kholid, juga sempat protes, kenapa mas kawinnya hanya segelas air putih. Dirinya khawatir, mempelai pria yang juga keluarga besarnya tidak serius dalam prosesi pernikahan ini. “Setelah dijelaskan akhirnya kami juga paham, dan mendoakan semoga keluarga keduanya langgeng,” ujar Kholid.

Setelah dijelaskan, penghulu dan keluarga besarnya akhirnya mengerti dan akad nikah pun terjadi. “Saya nikahkan engkau, dengan mas kawin segelas air putih… “

Sementara itu, Ningsih yang ditemui di sebuah kios Pasar Bangkir mengatakan, pernikahannya dengan Asep merupakan kebulatan tekad untuk membina rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Mahar segelas air putih yang dimintanya menjadi bagian penting saat akad nikahnya meski mengundang tanya penghulu, saksi, orang tua, kerabat, dan para undangan. \"Itu (mahar air putih, red) saya sendiri yang minta. Sebelum diminum dibacai doa-doa sebisanya dulu oleh suami,\" ucapnya.

Padahal, lanjut Ningsih, mahar yang sebelumnya diminta selain segelas air putih, yakni kain kafan. Namun calon suaminya saat itu menolak dengan alasan menyeramkan. Padahal kain kafan tersebut akan disimpan untuk digunakan saat ajal menjemput nanti.

\"Sempat minta sama kain kafan untuk sangu besuk (bekal saat ajal menjemput, red), tapi suami saya tidak sanggup memberikannya karena kesannya seperti mengharapkan kematian,\" terang dia.

Sedangkan segelas air putih yang diinginkan untuk mahar tersebut, menurutnya sebuah simbol bahwa setiap orang membutuhkan air putih. Kondisinya pun masih alami, belum tercampur pewarna maupun bahan lainnya. 

\"Saya menerima apa adanya. Lelaki baik tidak pelit memberi mahar, dan wanita baik tidak mempersulit mahar,\" tukasnya yang berharap segera dikaruniai momongan dan rumah tangganya selalu diberkahi. (tar)

Sumber: