Kepemimpinan Kang Dedi Mulyadi dengan Catatan Kecil di Bidang Pendidikan

Kepemimpinan Kang Dedi Mulyadi dengan Catatan Kecil di Bidang Pendidikan

Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM) saat berbincang dengan salah satu warga Cirebon. FOTO: ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKYAT CIREBON. --

CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi adalah figur sentral dalam pembangunan di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Gaya kepemimpinannya lugas, dekat dengan rakyat, dan berorientasi pada kerja nyata. Telah terbukti membawa banyak perubahan signifikan di berbagai bidang.

Sejak menjabat, Kang Dedi Mulyadi (KDM) berhasil menghadirkan berbagai program yang menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Memprioritaskan infrastruktur, hingga menyusun kebijakan yang pro-lingkungan dan berbasis kearifan lokal.

Namun, di tengah berbagai prestasi gemilang tersebut, kebijakan pendidikan negeri yang diterapkan KDM, mendapat sorotan tajam. Penerapannya dianggap terlalu tergesa-gesa.

"Dampaknya kurang baik bagi keberlangsungan sekolah swasta dan harmoni sosial," kata Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH Imam Jazuli Lc MA, Kamis (17/7).

Menurut Kiai Imam Jazuli, salah satu hal yang paling menonjol dari gaya kepemimpinan KDM adalah keberpihakannya kepada masyarakat kecil. Dalam alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jawa Barat, KDM menempatkan pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan warga kurang mampu sebagai prioritas utama.

Jalan, jembatan, irigasi, dan akses air bersih dibangun dan diperbaiki. Itu memudahkan mobilitas masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Ketersediaan infrastruktur yang memadai ini lanjut Kiai Imjaz--sapaan Imma Jazuli, meningkatkan konektivitas antarwilayah dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Selain itu, KDM juga menaruh perhatian besar pada pemenuhan kebutuhan dasar warga kurang mampu. Program-program seperti jaminan kesehatan gratis, bantuan perumahan, dan beasiswa pendidikan hingga perguruan tinggi telah menjadi bukti nyata keberpihakannya kepada kelompok yang selama ini rentan terpinggirkan.

"Keputusan untuk memfokuskan APBD pada sektor-sektor tersebut merupakan cerminan kepemimpinan yang tidak hanya memikirkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan kesejahteraan," katanya.

Kemudian, KDM juga dikenal sebagai pemimpin yang memahami pentingnya kearifan lokal dan pelestarian lingkungan dalam pembangunan. Ia mendorong kepala desa menjadi pengelola dana sekaligus pelindung budaya dan penjaga ekosistem desa.

Inisiatif KDM dalam mengintegrasikan nilai-nilai tradisi, seperti menjaga 'leuweung larang' atau hutan terlarang dan mata air, ke dalam tata ruang desa, menunjukkan visinya yang jauh ke depan.

Tak hanya itu, KDM juga membangun kolaborasi dengan perguruan tinggi. Berkolaborasi dengan ITB, Unpad, dan UI untuk mendampingi setiap kecamatan dalam penataan ruang. "Sayangnya, langkah strategis berbasis kajian ilmiah dalam pembangunan desa ini tidak tampak dalam kebijakan pendidikan KDM," katanya.

KDM berhasil menunjukkan kepemimpinan yang peka terhadap isu lingkungan, yang juga menjadi perhatian global. Program penataan daerah aliran sungai, penghijauan kawasan gersang, dan pemulihan fungsi-fungsi ekologis menunjukkan kepedulian KDM terhadap kelestarian alam Jawa Barat.

Menurut Imjaz, pembangunan fisik yang pesat tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan hanya akan menjadi bom waktu bagi generasi mendatang. Pendekatan ramah lingkungan ini juga memperkuat identitas Jawa Barat sebagai provinsi yang maju secara ekonomi dan selaras dengan nilai-nilai spiritual dan budaya Sunda.

Ironisnya, di tengah deretan prestasi KDM tersebut, ada satu kebijakan yang menuai kontroversi dan kritik tajam. "Kebijakan KDM di sektor pendidikan negeri, yaitu memperluas kuota sekolah negeri secara drastis, dinilai terlalu tergesa-gesa dan kurang mempertimbangkan dampak jangka panjang," tuturnya.

"Sekolah swasta, yang selama ini turut andil besar dalam mendidik generasi Jawa Barat, menjadi pihak yang paling terdampak. Penurunan jumlah siswa akibat 'serapan' besar-besaran oleh sekolah negeri membuat banyak sekolah swasta kehilangan murid, mengalami kesulitan finansial, bahkan terancam gulung tikar," terangnya.

Kebijakan pendidikan KDM memunculkan kesan bahwa sekolah swasta tidak lagi memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan Jawa Barat. Padahal, selama puluhan tahun, sekolah swasta telah menjadi mitra pemerintah dalam mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa.

Meskipun ada catatan kritis tersebut, KDM tetaplah sosok pemimpin yang visioner. Pekerja keras, dan mampu membaca kebutuhan rakyatnya. Keberanian untuk membuat terobosan, kedekatannya dengan masyarakat di akar rumput, serta komitmennya pada nilai-nilai lokal dan lingkungan menjadikan kepemimpinannya relevan dengan tantangan zaman. 

Jika kritik terhadap kebijakan pendidikan negeri dapat dijadikan bahan introspeksi dan perbaikan ke depan, maka kepemimpinan KDM berpotensi menjadi salah satu model kepemimpinan daerah yang paling sukses di Indonesia. Jawa Barat yang maju, adil, dan lestari adalah warisan yang ingin ia tinggalkan untuk generasi mendatang.

Kepemimpinan Kang Dedi Mulyadi menghadirkan harapan baru bagi rakyat Jawa Barat. Dengan prioritas pada pembangunan infrastruktur, penguatan masyarakat miskin, pelestarian lingkungan, dan penghormatan terhadap kearifan lokal, KDM telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang progresif dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

Kritik terhadap kebijakan pendidikan negeri semestinya tidak akan pernah menutupi deretan capaian positif KDM. Sebaliknya, kritik menjadi masukan penting untuk memastikan semua kebijakan KDM tetap berpihak kepada semua elemen masyarakat.

"Termasuk sekolah swasta yang selama ini menjadi mitra strategis pemerintah," tukasnya. (zen)

Sumber: