Politisi PKB: Impor Beras Mematikan Petani

Politisi PKB: Impor Beras Mematikan Petani

\"pemerintah

RAKYATCIREBON.CO.ID - Munculnya wacana impor beras yang mencapai 500 ribu ton mendapatkan penolakan di berbagai daerah. Pasalnya, selain stok beras masih mencukupi, juga dibeberapa daerah telah mendekati masa panen.

Ketika hal itu tetap dilakukan, bukan tidak mungkin akan mengakibatkan gejolak dari masyarakat. Karena, meskipun baru sebatas wacana, buktinya sudah banyak mendapatkan penolakan. Maka dari itu, perlu kehati-hatian dalam menentukan kebijakan.

Salah satunya diakui Anggota DPRD Kabupaten Cirebon, H Tanung, bahwa wacana akan dibukanya kran impor beras merupakan kebijakan yang tidak berpihak kepada para petani.

Padahal, Indonesia telah memprogramkan untuk melakukan swasembada pangan yang telah digembar gemborkan presiden Republik Indonesia. Maka dari itu, menurutnya, wacana tersebut ketika dilakukan, hanya akan mematikan para petani.

\"Sebagai penyambung lidah rakyat, saya tentu tidak sepakat dengan adanya wacana impor beras, karena hanya akan mematikan para petani,\" paparnya ke Rakyat Cirebon, Selasa (16/1).

Dilain sisi, meskipun petani di Kabupaten Cirebon, khususnya Cirebon Timur mayoritas baru melakukan proses tanam, namun bukan berarti pemerintah pusat semaunya menentukan kebijakan.

Karena terang politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, kebutuhan akan beras belum sepenuhnya minim di Kabupaten Cirebon. “Untuk Kabupaten Cirebon ini, belum waktunya didatangkan beras impor,” kata dia.

Yang mengagetkan, tuturnya, wacana pembukaan kran impor itu justru untuk beras jenis premium. Padahal, kebutuhan akan beras bukan dari jenis itu, melainkan dari jenis medium. \"Sebenarnya kan kebutuhannya itu untuk beras medium, tetapi kok malah mau mengimpor beras premium, ya itu keblinger namanya,\" ucapnya.

Ketika benar akan dilakukan impor beras jenis premium, berarti memutar balikan fakta. Karena papar dia, yang dibutuhkan masyarakat bukan jenis beras premium, melainkan beras medium, maka dari itu, perlu menyesuaikan kebutuhan, siapa yang akan mengkonsumsinya. “Harus sesuai kebutuhan dong, dan jangan jadi alasan soal lonjakan harga,” tegasnya.

Ia tidak menampik, belakangan terjadi lonjakan harga untuk komoditas beras. Semua itu, bisa diakibatkan karena rentang waktu masa panen yang relatif panjang. Tetapi, bukan berarti menyingkirkan daerah lain yang akan mengalami masa panen.

Selain itu, perlu melakukan pengkajian ulang, stok beras saat ini seperti apa, karena sebelumnya kata lelaki berkumis tipis itu, pemerintah pusat telah menyebutkan bahwa persediaan beras nasional masih bisa mencukupi hingga April 2018 mendatang.

\"Kalau begini, kan ada kesalahan, perlu dikaji ulang, terlebih wacana impornya nyampai 500 ribu ton, wah kasihan petani, denger-denger kan di Jawa Tengah sudah mendekati masa panen, kan kasihan kalau dalam waktu dekat akan dilakukan impor, swasembada pangan itu perlu dibuktikan,” ungkapnya.

Sementara, berdasarkan informasi yang berhasil wartawan koran ini himpun, dua pekan terakhir harga komoditas beras di pasar tradisional mengalami kenaikan. Jumlah kenaikannya berfariasi, mulai dari Rp2000 rupiah, sampai Rp3000 rupiah. Tetapi harga beras tertinggi untuk beras premium per kilogramnya mencapai Rp13 ribu rupiah. (zen)

Sumber: