770 Hektare Sawah Terendam Banjir, Warga Waswas

770 Hektare Sawah Terendam Banjir, Warga Waswas

JATITUJUH – Sedikitnya, 770 hektare areal persawahan di tujuh desa wilayah kecamatan Jatitujuh terendam banjir. Bahkan, di kelurahan, banjir tersebut mengancam rumah warga yang berada tidak jauh di sekitar sungai. 
\"tiga
Tiga kelurahan di Majalengka minta Pemda atasi banjir. Foto: Hasan/Rakyat Cirebon 
Lurah Jatiraga kecamatan Jatitujuh Carsidik mengatakan, dari tujuh kelurahan tersebut wilayah persawahan yang terkena banjir luasnya beragam. Sepanjang sungai Cibuaya hampir semuanya banjir.

Menurutnya, khusus di kelurahan Panyingkiran, areal sawah yang terkena banjir seluas 50 hektare, Babajurang 40 hektare, Jatiraga 50 hektare, dan Sumber Kulon dan Sumber Wetan masing-masing 100 hektare. 

Sementara untuk wilayah yang areal sawahnya digenangi banjir paling luas yakni Jatitujuh dan Jatitengah yang masing-masing 250 serta 180 hektare. 

“Biasanya banjir tidak seluas ini, dan cepat surut. Namun sekarang sudah sampai satu minggu lebih masih tetap saja seperti ini. Kasihan pada para petani yang tidak bisa menggarap sawahnya untuk ditanami padi,” ujar Carsidik, kemarin.

Menurut Carsidik, akibat banjir tersebut, banyak warga terutama petani yang mengeluh karena tidak bisa menggarap lahannya. Kalau ini dibiarkan terus menerus, dikhawatirkan para petani akan terlambat melakukan tanam padi yang akan berimbas juga pada hasil panen  nanti. 

Ia menungkapkan, banjir tersebut disebabkan oleh beberapa faktor selain curah hujan tinggi yang tidak bisa dihindari. Selain kondisi sungai Cibuaya yang sudah dangkal dan perlu normalisasi, keberadaan BIJB juga ikut memberikan dampak banjir tersebut.

“Sebetulnya untuk normalisasi sungai, pihak BBWS sudah beberapa kali datang kesini melakukan pengukuran, namun hingga hari ini program normalisasi belum juga dilaksanakan,” ujarnya. 

Sementara itu, Lurah Jatitujuh, Kaca mengatakan, kondisi banjir seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Kalaupun ada hujan deras pada malam hari, akan tetapi siang harinya air sudah surut.

Pihaknya menganalisis, dengan hadirnya BIJB sangat berpengaruh dan berdampak terhadap wilayah di hilir BIJB terutama terkait resapan air. Sebab, selain daerah resapan air yang berkurang, namun juga air di wilayah BIJB di buang ke wilayah hilir melalui sungai Cibuaya. 

“Air dari BIJB dibuang ke Jawura dan bermuara ke sungai Cibuaya. Sedangkan kondisi sungai sudah dangkal sehingga tidak bisa menampung air yang begitu besar. Akibatnya beberapa areal persawahan di hilir BIJB terdampak banjir,” ujarnya.

Terpisah, Lurah Jatitengah Udin Nurdin berharap, kepada pemerintah daerah dan BBWS untuk secepatnya mengambil solusi terkait dengan permasalahan ini. Selain program jangka panjang dengan normalisasi sungai, juga perlu solusi jangka pendek agar para petani bisa segera menggarap lahan.

“Kalau dilakukan normalisasi segera kan tidak mungkin dengan kondisi yang sekarang seperti ini. Akan tetapi kami dari tujuh desa terdampak butuh solusi secepatnya sebelum kondisi banjir makin meluas,” ungkapnya.

Lebih lanjut Udin menuturkan, kalau kondisi ini dibiarkan, dikhawatirkan akan berimbas pada hasil panen petani nanti. Diprediksi, kabupaten Majalengka akan kehilangan swasembada beras sebanyak 5.390 ton.

 “Kami tidak asal bicara, angka tersebut diperoleh dengan hitung-hitungan sederhana. Kalau dalam 1 hektare mengasilkan 7 ton, berarti kalau 770 hektare lahan tidak bisa digarap, tinggal dikalikan saja berapa ton yang akan hilang, dan berapa kerugian yang akan dialami oleh petani,” tandasnya.(hsn)

Sumber: