Balobup PKB dan Golkar Cemas

Balobup PKB dan Golkar Cemas

MAJALENGKA - Munculnya instruksi DPW Golkar Jabar agar Golkar di daerah berkoalisi dengan PDIP, tampaknya akan berdampak pada perubahan skenario pilkada di Majalengka. 
\"intruksi
Ketua DPC PKB Majalengka Hamdi. dok. Rakyat Cirebon
Jika koalisi PDIP dan Golkar benar-benar terjadi di Majalengka, maka yang paling terkena imbasnya adalah PKB dan Golkar itu sendiri. Pasalnya kedua partai tersebut saat ini sudah menyelesaikan tahap pendaftaran bakal calon bupati (Balonbup) dan memasuki tahap akhir yakni pemberian rekomendasi.

Sementara itu, PKB belum juga menentukan sikapnya apakah akan berkoalisi dengan PDIP dan Golkar, atau bergabung dengan Koalisi Umat yang digalang Gerindra, PAN, dan Demokrat. Atau justru membuat poros baru, berkoalisi dengan PPP, yang juga belum menentukan sikapnya.

Ketua DPC PKB Majalengka dr Hamdi Mkes mengakui, jika koalisi menjadi harga mati bagi PKB. Selain partai akan mencari teman koalisi, para bakal calon bupati yang sudah daftar ke PKB juga didorong untuk bisa menjalin komunikasi dengan partai lain.  

Alasannya hal itu sebagai langkah PKB guna menghindari proses kawin paksa. “Suara PKB masih kurang 2 kursi untuk bisa mengusung calonya secara mandiri. Jadi harus koalisi,” terangnya.

Hamdi juga menambahkan  pihaknya menjalin komunikasi dengan hampir semua partai. Namun, kata dia, ada beberapa partai yang tengah intens dilakukan pendekatan dan komunikasi oleh PKB. 

”Komunikasi kita lakukan dengan semua partai, namun memang ada partai yang komunikasinya dengan PKB lebih intens,” ucapnya.

Berbeda dengan calon yang mendaftar di PKB, setidaknya calon yang  daftar ke Golkar sedikit bisa bernapas. Jika saja kesepakatan dan instruksi koalisi PDIP dan Golkar dilakukan, para calon pendaftar dari Golkar masih memiliki kesempatan dan harapan untuk di posisi M2. Namun jika PDIP mengusung satu paket, selesailah harapannya.

Sekretaris DPD Golkar, Dadan Daniswan SE Msi menjelaskan, DPD Golkar Majalengka akan fatsun dengan keputusan DPD Golkar Jabar. Namun, dirinya memandang makna dari sebuah koalisi adalah kebersamaan. Artinya harus dibangun secara bersama, termasuk mengenai sharing kekuasan, atau dalam hal ini penentuan posisi M1 dan M2, yang bisa saja dikolaborasikan. 

“Ya kalau berbicara koalisi  harus ada saling berbagi, tapi kan tidak semua koalisi harus berbagi juga. Jadi mengenai keputusan dan hasilnya kita tunggu bagaimana kajian tim lima saja,” ucapnya singkat.

Sementara itu politisi Gerindra yang kini duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Majalengka, Multazam SIP mengatakan, partainya sudah menjalin komunikasi  umat yang mengarah pada sebuah koalisi, yang digalang oleh Gerindra, PAN dan Demokrat. Pihaknya meyakini koalisi itu akan permanen hingga  Pilkada Majalengka.

“Yang kita bangun adalah kesepahaman mengenai kendaraan politiknya dulu, yakni bentuk koalisinya, dan baru jika perahunya sudah mantap dan kuat baru bicara figur,” ucapnya.

Diakui Multazam, meski dalam satu koalisi, masing-masing partai  sudah memiliki jagoannya, yang semuanya akan dikaji secara bersama untuk memutuskan siapa yang nantinya diberikan amanah untuk maju dalam Pilkada.  (pai)

Sumber: