Permintaan Hunian Tempati Urutan Keempat Jabar

Permintaan Hunian Tempati Urutan Keempat Jabar

CIREBON  –  Pesatnya pembangunan di Cirebon membuat kebutuhan rumah layak huni di Cirebon terbilang tinggi. Setiap tahun kebutuhan rumah selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya beadlock. Mengingat penyediaan unit rumah layak hunian belum bisa menutup kebutuhan tersebut.
\"hunian
Hunian layak huni. dok. Rakyat Cirebon
Sekretaris  Real Estate Indonesia (REI) Cirebon, Gunadi menjelaskan, di level Jawa Barat, Cirebon menempati rangking empat sebagai daerah dengan kebutuhan rumah tertinggi. Menurutnya, beadlock terjadi akibat masih banyaknya warga Cirebon yang membutuhkan hunian yang layak.

“Kalau di Cirebon itu menduduki ke empat dari  Jawa Barat, itu kan didominasi  oleh Bekasi, Karawang, Serang, Bogor. Cirebon  ini salah satu penyangga yang justru dengan di Cirebon  ini bisa memberikan subsidi yang sangat luar biasa terhadap pemenuhan kebutuhan rumah,” ungkap Gunadi kepada Rakyat Cirebon.

Berdasarkan catatan BTN,  Gunadi mengungkap, pertumbuhannya (kebutuhan rumah, red)  di Cirebon mencapai 130 persen  setiap tahun untuk rumah pertama. “Artinya setiap tahun kebutuhan rumah pasti akan naik, karena jumlah pertumbuhan itu  nggak sesuai dengan unit yang tersedia,”ucapnya.

Ditambahkannya, beadlock yang terjadi di Cirebon mencapai 10 ribu unit rumah. Hingga saat ini, baru 7 ribuan saja yang terpenuhi. Sehingga masih ada peluang pasar 30 persen untuk pengembang guna maksimalkan potensi pasar perumahan.

“Kita dengan teman-teman di Cirebon ini berusaha untuk tetap bisa meyediakan  perumahan bagi rumah yang bertama. Di samping karena terjadinya beadlock selama ini belum bisa mendekati kepada tahap yang cukup sehingga bisnis properti bagi  rumah pertama itu kesempatannya sangat  bagus,” jelasnya.

Gunadi mencatat, kebutuhan rumah di tahun 2015 sebesar 5 ribu unit mengalami kenaikan di tahun 2016 menjadi 7 ribu unit per tahun.  Meski sebagian sudah terpenuhi,  bukan berarti pasar properti 2017 akan menurun.

Sebaliknya, kata Gunadi, properti 2017 akan kembali ramai karena membaiknya  perekonomian secara nasional juga berpengaruh pada pasar properti di tingkat daerah. Bahkan, guna tercapainya pemenuhan kebutuhan rumah, beberapa daerah memberlakukan pengembangan hunian satu kamar saja.

“Kalau bicara mengenai tanah, rumah itu 65 persennya didominasi harga tanah, bangunan 30 sampai 35 persen, selebihnya itu adalah hal lain. Kalau melihat harga rumah subsidi karena begitu sempitnya  kita menentukan harga jual itu, sekarang ini tanahnya kita  siapkan dengan 60 dari 72,” tutupnya. (wan)

Sumber: