Program Laku Pandai belum Ngefek

Program Laku Pandai belum Ngefek

CIREBON – Meski beberapa bank sudah menggalakan program laku pandai untuk menjaring nasabah di tingkat bawah, nampaknya tidak berpengaruh banyak pada penurunan produk-produk Bank Perkreditan Rakyat  (BPR).  
\"pengurus
Pengurus Perbarindo. Foto: Suwandi/Rakyat Cirebon
Hal tersebut ditegaskan oleh  Ketua Perbarindo Cirebon, H Mukmin. Menurutnya, di tengah persaingan bisnis keuangan perbankan, BPR tetap menjadi pilihan  mitra usaha  pelaku usaha kecil. Meski sama – sama menyasar segmentasi pelaku usaha kelas bawah,  himpunan dana pihak ketiga tetap stabil.

“Di BPR itu kami jemput bola, tabungan ada ke SD juga ada. Kita sudah lebih dari dulu. Dampak laku pandai masih belum kelihatan, kita masih akses, dana pihak ketiga yang kami kelola masih tajam,” ungkapnya kepada Rakyat Cirebon, kemarin.

Mukmin menilai, tingginya kepercayaan masyarakat untuk bermitra dengan BPR salah satunya dikarenakan layanan yang diberikan. Dibanding dengan bank umum, keunggulan BPR terletak  pada suku bunga relatif lebih tinggi yakni 8,5 persen atau dua angka di bawah ketentuan  Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yank mencapai 8,7 persen.

“Masyarakat tidak perlu direpotkan, suku bunga tinggi, nominal sesuai kebutuhan dan tenornya berapa menyesuaikan,” katanya.
Partisipasi Masyarakat Terhadap Produk Perbankan Masih Minim
Hanya saja, berdasarkan pantauannya, tingkat partisipasi masyarakat Cirebon terhadap produk perbankan terbilang masih minim. Hal itu dibuktikan dengan banyak temuan banyaknya masyarakat yang belum tersentuh perbankan.

Di sisi lain, tutur Mukmin, hal ini menjadi peluang bagi BPR untuk menancapkan produk perbankan pada  tipe masyarakat   tersebut. Sehingga, akan diraih  pangsa pasar produk BPR yang lebih luas lagi.

“Sekarang  masih banyak pelaku mikro yang belum kenal bank, makanya kita turun ke bawah kan sudah ada ketentuan layanan tanpa kantor. Potensi marketnya banyak,” jelas Mukmin.

Oleh karena itu, kata dia, di awal 2017,  Perbarindo  mencanangkan beragam kegiatan-kegiatan agar bisa merambah pangsa pasar pelaku usaha kecil. Meski begitu, pihaknya tetap mengutamakan pada peningkatan kualitas layanan yang berbasis ekonomi kerakyaatan.

Bahkan, kata dia, untuk menjamin kesehatan keuangan di tiap BPR se-Ciayumajakuning, beberapaa BPR juga dilakukan merger. Dari sebanyak 47  BPR yang tersebar di seluruh wilayah III pada tahun 2016, kini menjadi 44 BPR saja di tahun 2017.

“Prediksinya mudah - mudah kita lebih baik. Tetap kita perkuat armada karyawan dan sebagainya untuk mencari pangsa pasar baru,” pungkasnya. (wan/mgg)

Sumber: