Selain Wakil Walikota, dari Kota Cirebon juga hadir kepada DKUKM PP dan DPMPTSP, pengurus Kadin, Apindo dan pimpinan PT Pelindo II. Pertemuan tersebut membahas banyak peluang kerja sama antara Kota Cirebon dan Kabupaten Natuna.
Wakil Bupati Natuna, Rodial Huda mengatakan, kekayaan SDA Natuna tak terbantahkan. Natuna menyuplai 30 persen bahan baku migas dalam negeri. Sedangkan hasil lautnya mampu mencukupi kebutuhan perikanan Indonesia sebesar 25 persen.
Belum lagi potensi kelapa. Di Natuna ketersediaan kepala sangat melimpah. Harganya pun masih sangat murah. Hanya Rp2 ribuan saja per butir kepala tua. Namun sayang, segala potensi itu belum dimanfaatkan optimal.
"Pemda Kabupaten Natuna punya banyak keterbatasan. Kabupaten terdiri dari 99 persen laut. Tapi Pemda tak punya kewenangan sedikitpun di laut. Kewenangan kami hanya ada 1 persen di wilayah kami," ujar Rodial.
Menurut Rodial, regulasi kemaritiman dalam negeri belum memihak pada Penda Kabupaten Natuna untuk mengolah SDA. "Sehingga orang di Natuna yang tinggal di atas laut itu kewenangan provinsi," jelas dia.
Rodial mencontohnya, laut Natuna menjadi lalu lintas 200an kapal. Potensi itu justru dimanfaatkan Singapura untuk menjual berbagai kebutuhan kapal. Seperti bahan bakar, air bersih, hingga logistik.
Rodial mengatakan, meski Natuna penghasil SDA bahari yang melimpah. Namun kesulitan mengakses pasar. Itulah sebab, kekuatan finansial Natuna masih kalah jauh dibanding Kota Cirebon.
Pulau dengan pantai yang indah terhampar luas di Natuna. Namun tidak mampu menghasilkan PAD Rp1 pun. "Makanya kami ingin menawarkan, ada peluang bagi orang Cirebon untuk membantu mewujudkan keadilan ekonomi," jelas Rodial.
Selain itu, peluang kerja sama Cirebon dan Natuna bisa berupa suplai hasil pertanian ke Natuna. Rodial menyebut, Natuna sangat butuh bahan makanan seperti daging ayam, telor ayam, bawang merah, hingga cabai kering.
"Itu karena luas daerah kami kebanyak laut. Jadi produksi lokal minim. Kami biasanya membeli dari Jakarta. Dan setelah ditelusuri itu dari sini. Cirebon, Brebes dan sebagainya," kata Rodial.
Menurutnya, lebih efisein bila pasokan bahan pangan didatangkan langsung dari Cirebon. Sebab bakal memotong rantai distribusi yang panjang. "Seandainya bisa langsung Natuna Cirebon itu ada keuntungan lebih besar," katanya.
Ketua Kadin Kota Cirebon, Ismayasari menegaskan, potensi kerja sama Kota Cirebon dan Natuna terbuka lebar. Cirebon bisa mengirim komoditas yang dibutuhkan Natuna. Begitupun sebaliknya.
"Ini sangat memungkinkan adanya perdagangan antar pulau dengan mengoptimalkan tol laut yang sedang digadang pemerintah pusat," jelas Ismayasari.
Terlebih, Kota Cirebon menjadi pusat perdagangan bagi daerah penghasil produk pertanian dan perkebunan. Komoditas tersebut bisa dikirim dari Pelabuhan Cirebon. Namun begitu, sebut Ismayasari, perlu dipastikan lebih dulu terkait akses dan regulasi pengiriman barang jalur laut.
Kadin Kota Cirebon bersama PT Pelindo II antusias menindaklanjuti pertemuan dengan Wakil Bupati Natuna. Supaya para pengusaha yang berminat bisnis dengan Natuna tidak ragu.
"Dalam waktu dekat Kadin bersama Pelindo akan mengajak diskusi bareng bersama PT Pelni bagaimana melakukan perdagangan itu," kata Ismayasari.
Sementara itu, GM PT Pelindo II, Tengku Mursalin menyebutkan, dari sisi akses, Kota Cirebon diuntungkan. Lantaran jika kerja sama dengan Natuna berhasil maka aktivitas di Pelabuhan Cirebon semakin ramai.
Tengku menyebut, perjalanan laut Cirebon - Natuna memakan waktu 52 jam. Sebab, dibukanya tol laut membuat rute kapal seperti garis lurus. "Kami berharap pelabuhan Cirebon jadi tempat pengiriman barang jika kerja sama ini terjadi," pungkas Tengku. (wan)