RAKYATCIREBON.ID - Tim penerjemah Alquran dalam Bahasa Cirebon, Kamis (4/2) pagi berkumpul di Bangsal Prabayaksa, Keraton Kacirebonan. Bersama tim dari Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Kemenag, mereka membahas progres terjemah dan panduan standar penerjemahan.
Ketua Tim Penerjemah yang juga Ketua LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Ahmad Yani MAg menuturkan, proses terjemah Alquran dalam Bahasa Cirebon sudah dimulai sejak setahun terakhir. Sepanjang 2020, progres terjemah sudah mencapai 10 juz.
“Ini belum ada di Ciayumajakuning Alquran terjemah dalam Bahasa Cirebon,” ungkapnya kepada Rakyat Cirebon, Kamis (4/2).
Menurut Yani, tim penerjemah terdiri dari pakar ilmu Alquran, budayawan dan akademisi asal Cirebon. Salah satunya KH Ahsin Sakho Muhammad, akademisi atau doktor dari sebuah universitas di Madinah.
Saat ini, KH Ahsin Sakho menjadi pengasuh Pondok Pesantren Dar Al Qur’an dan Dewan Penasihat Pondok Pesantren Dar Al Tauhid di Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.
Ditambahkan Yani, terjemah Alquran dalam Bahasa Cirebon bertujuan untuk memperkaya khazanah keislaman dan budaya lokal. Lantaran Alquran merupakan sumber pengetahuan dan hukum utama bagi umat Islam. Sementara Bahasa Cirebon adalah bahasa keseharian masyarakat kota wali.
Hasil terjemahan Alquran dalam bahasa Cirebon ini, bakal dipakai untuk kajian akademik. Kemudian direkomendasikan untuk dijadikan sari tilawah dalam berbagai kegiatan resmi di Cirebon. “Sari tilawahnya bisa pakai terjemahan Bahasa Cirebon,” kata Yani yang juga ketua LPTQ Kota Cirebon.
Salah satu penerjemah, Mukhtar Zaedin mengungkapkan, Bahasa Cirebon punya beragam dialek. Namun begitu, Bahasa Cirebon yang digunakan sebagai terjemahan ialah Bahasa Cirebon yang disepakati tim penerjemah.
Ditargetkan, kata Mukhtar, terjemah Alquran Bahasa Cireboon bakal rampung dalam dua tahun. “Saat ini, sudah 10 juz. Bulan ini naskahnya ditargetkan selesai 30 juz. Setelah rampung, naskah hasil terjemahan bakal diperiksa oleh Pusat Litbang Kemenag sebelum diterbitkan,” kata Muchtar.
Perwakilan Puslitbang Lektur, Dr Nurrahmah MA MHum mengatakan, penerjemahan Alquran dalam bahasa daerah merupakan kerja peradaban. Kemenag pun sudah menginisiasi program ini sejak 2011. Hingga saat ini, sudah ada 24 terjemah Alquran dalam bahasa daerah.
“Yang sudah selesai ada 19 terjemahan bahasa daerah. Empat masih dalam progres,” ungkapnya.
Menurut Nurrahmah, penerjemahan Alquran dalam bahasa daerah punya banyak manfaat. Yakni melestarikan bahasa daerah di tengah makin sedikitnya penutur. “Kemudian membekali para penyuluh agama agar bisa menggunakam bahasa ibu,” kata dia.
Selain itu, juga untuk meningkatkan intensitas masyarakat dalam belajar Alquran. “Ini juga untuk mengusung gerakan moderasi beragama yang digerakan Pak Menteri Agama,” ujar dia.
Terkait dengan standarisasi terjemah, harus dilakukan oleh tim yang terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. Tim ini nantinya membentuk tim penerjemah yang terdiri dari pakar ulumul quran, antropolog, budayawan, ahli Bahasa Arab, Indonesia dan lokal. (wan)