4 Alasan Google Mengembangkan Fuchsia OS: Mengapa Bukan Android atau Chrome OS?

4 Alasan Google Mengembangkan Fuchsia OS: Mengapa Bukan Android atau Chrome OS?

4 Alasan Google Mengembangkan Fuchsia OS: Mengapa Bukan Android atau Chrome OS?. Foto ilustasi: PInterest/ Rakyatcirebon.disway.id--

RAKYATCIREBON.DISWAY.IDKita semua tahu Google punya Android dan Chrome OS yang sukses besar. Jadi, kenapa mereka malah sibuk-sibuk menggarap sistem operasi baru bernama Fuchsia OS? Kalau dilihat dari kacamata orang luar, ini ribet. Tapi, kalau kita telusuri lebih dalam, ada beberapa alasan mendasar dan strategis yang jadi pendorong utama proyek ambisius ini. Ini bukan sekadar project sampingan, ini upaya Google melihat ke masa depan.

BACA JUGA:Fitur Windows 11 Pro untuk Bisnis: Tingkatkan Efisiensi & Produktivitas Kerja

1. Impian "Satu OS untuk Semua" (The Universal Dream) 

Ini mungkin motivasi yang paling gampang dicerna. Coba perhatikan ekosistem Google sekarang: ponsel pakai Android, laptop pakai Chrome OS, terus perangkat kecil (IoT) pakai OS yang beda-beda lagi. Ini pecah banget.

Google sepertinya sudah lelah dengan pemisahan ini. Mereka ingin punya satu platform tunggal yang bisa "hidup" di mana saja, mulai dari jam tangan pintar yang kecil, ponsel flagship, sampai PC desktop yang bertenaga.

Intinya? Mereka mau pengalaman pengguna itu sama dan seamless (tanpa batas) di semua perangkat yang kita pakai. Jadi, tidak ada lagi rasa "ini OS laptop" dan "itu OS HP." Fuchsia adalah upaya mereka untuk menyatukan rumah tangga digital Google.

2. Mengganti Fondasi Lama: Zircon, Si Kernel Anti-Ribet 

Ini bagian paling teknis, tapi krusial. Android dan Chrome OS itu dibangun di atas Kernel Linux. Linux itu legacy, dia lahir di era PC, dan membawa banyak "beban" struktural.

Google memutuskan untuk membuat Zircon. Ini bukan sekadar Kernel baru, ini Microkernel. Kenapa penting?

  • Lebih Aman, By Design: Zircon dirancang dari awal untuk lebih aman. Bayangkan dia punya sekat-sekat isolasi. Kalau satu aplikasi bermasalah, dia nggak akan bisa "lompat pagar" merusak sistem utama.
  • Lebih Fleksibel (Copot Pasang Gampang): Karena modular, Fuchsia bisa "mencopot" fitur yang tidak perlu kalau berjalan di perangkat yang sangat sederhana. Ini bikin dia sangat ringan dan scalable untuk perangkat IoT.
  • Bye-bye Fragmentasi Android?: Masalah terbesar Android adalah pembaruan yang lambat karena harus diubah-ubah produsen ponsel (vendor). Karena Zircon adalah ciptaan Google sendiri, harapannya mereka bisa punya kontrol lebih besar, jadi pembaruan OS bisa sampai ke tangan pengguna lebih cepat tanpa menunggu persetujuan atau modifikasi dari vendor. Ini yang paling ditunggu-tunggu!

BACA JUGA:10 Aplikasi Bisnis Gratis di Android: Senjata Rahasia Digital UMKM Naik Kelas

3. Kabur dari Masalah Hukum dan Keterbatasan Android

Kita nggak bisa bohong, Android itu punya sejarah berdarah-darah di pengadilan, terutama karena isu hak cipta dan paten terkait bahasa Java dan penggunaan kode tertentu.

Dengan Fuchsia, Google mengambil langkah drastis: mereka memakai bahasa pemrograman sendiri (seperti Dart) dan kernel sendiri (Zircon). Ini membuat mereka mandiri sepenuhnya. Mereka bisa bilang, "Ini 100% milik kami, tidak ada utang teknologi dari pihak lain," sehingga mengurangi risiko sengketa hukum di masa depan.

Selain itu, Fuchsia adalah kesempatan emas untuk memperbaiki semua kesalahan arsitektur yang sudah telanjur mendarah daging di Android, termasuk isu fragmentasi yang memusingkan semua orang.

4. Siap Menyambut Era AI dan Tampilan Modern

Dunia komputasi sedang bergerak ke arah yang sangat visual dan didorong oleh Kecerdasan Buatan (AI).

Fuchsia dibangun menggunakan framework Flutter. Ini adalah framework yang bikin developer bisa menciptakan tampilan yang indah, mulus, dan sangat cepat, bahkan diklaim mampu mencapai 120 frame per detik (fps). Ini memastikan Fuchsia siap bersaing dalam hal performa antarmuka.

BACA JUGA:Review Sistem Operasi PrimeOS: Membawa Pengalaman Android ke Layar PC

Penutup: Mengapa Ini Penting?

Sumber: