Warga Argasunya Ancam Blokir Akses TPA Kopiluhur Gegara Galian C Ditutup
Muncul ancaman blokir akses ke TPA Kopiluhur saat audiensi para penggali di kantor kelurahan Argasunya.-ISTIMEWA/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID-
CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Ratusan warga yang mengaku menggantungkan hidupnya dari aktifitas menggali urugan pasir di eks galian C Argasunya menggeruduk kantor kelurahan setempat, Senin (23/06).
Warga RW 08 Kopiluhur yang sudah 20 tahun menggali, Agus Wawan mengaku seminggu terakhir, ia tidak mendapatkan pemasukan untuk keluarga.
"Sejak minggu kemarin saya nganggur, jadi saya ikut datang, dengan harapan diperbolehkan lagi, atau ada solusi lain," ungkap Agus.
Awalnya ia ikut menggali, lanjut Agus, dulu memang dilarang, tapi untuk alat berat, sehingga penggali yang menggunakan alat-alat manual masih beraktifitas.
"Legal gak legal, itu kan lahan milik perorangan, dulu juga boleh tapi jangan pake alat. Kalau tetap, kami minta solusi yang enak, karena ribuan warga masih kerja disana," jelas Agus.
Dijelaskan Agus, satu tim penggali, biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang, termasuk sopir armada dumptruck.
"Ada yang punya mobil, sopir, yang angkut sama yang gali. Saya sehari bisa dapat 200-300 ribu, dari empat sampai 5 rit. Saya sendiri sopir," kata Agus.
Sementara itu, Ketua RW 08 Kopiluhur, Taryono menjelaskan, dalam persoalan ini, ia tidak bisa melarang, tidak bisa juga mempersilahkan.
Namun bersama pihak kelurahan, RW yang juga merupakan unsur LKK ini mencoba melakukan pendekatan dengan masyarakat, agar mulai meninggalkan aktifitas beresiko tersebut.
"Saya datangin setiap RT, serap keinginan mereka, memang kalau mereka ini minim yang punya keahlian lain. Saya juga dulu penggali pasir," ungkap Taryono.
Dijelaskan Taryono, aktifitas menambang ini memang rantainya panjang, dan melibatkan banyak orang.
Mulai dari satu tim penggali yang biasanya 4 orang plus sopir, kemudian hasil galian dibawa ke lokasi pengayakan, dan disana, banyak tenaga lain, mulai dari tenaga bongkar dan muat, hingga tenaga pengayak.
"Satu mobil melibatkan banyak orang, datang di tempat bongkar, ada tenaga bongkar, tenaga ayak, beda orang," sebut Taryono.
Dari banyaknya warga yang terlibat dalam aktifitas galian urugan pasir yang berbahaya ini, dari hasil pendekatan yang ia lakukan, Taryono mendengar ada ancaman dari para penggali, untuk menutup akses menuju TPA Kopiluhur, jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, atau tidak ada solusi terbaik untuk perekonomian mereka.
Sumber: