Penggali Argasunya Bereaksi dan Minta Pemkot Cirebon Cari Solusi, Atau Mereka Kembali Menggali
Ratusan warga yang masih berprofesi sebagai penggali urugan pasir di Argasunya menggeruduk kantor kelurahan setempat, Senin (23/06).-ISTIMEWA/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID-
CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Belum seminggu pasca tragedi longsornya eks galian pasir di Kelurahan Argasunya, yang menewaskan dua warga yang tengah melakukan aktifitas penggalian urugan, Senin (23/06) kemarin, ratusan warga, yang masih menggantungkan hidup dari aktifitas galian menggeruduk kantor kelurahan setempat.
Ratusan warga yang mendatangi kantor kelurahan, adalah mereka para pemilik armada, kuli muat hingga penggali yang masih nekad dengan alasan menggali itu sumber penghasilan mereka satu-satunya.
Mereka menolak penutupan permanen akses-akses lokasi menuju eks galian yang dilakukan oleh Pemkot Cirebon.
Para penggali pasir Argasunya ini pun diberikan ruang audiensi oleh pihak kelurahan, untuk menyampaikan apa yang menjadi keresahan mereka.
Koordinator para penggali pasir yang datang ke Kantor Kelurahan Argasunya, Suhedi mengungkapkan, mereka datang untuk menyampaikan penolakan terhadap penutupan permanen aktifitas galian di titik-titik eks galian pasir Argasunya.
"Menggali itu mata pencaharian utama kami, jadi kami merasa keberatan. Saya perwakilan kuli, mohon ke pemerintah, agar dibuka kembali," ungkap Pria yang sudah 35 tahun bekerja menggali pasir tersebut.
Pasca kejadian pekan lalu, lanjut Suhedi, para penggali berhenti, namun Senin kemarin mereka menjerit karena selama seminggu terakhir ini mereka tidak punya penghasilan.
"Kita sudah berhenti sampai 1 minggu, sekarang ekonomi lagi sulit, belum lagi anak-anak mau masuk sekolah, butuh biaya. Kami mohon, pemerintah berikan solusi terbaik untuk kami," lanjut Suhedi.
Pada kesempatan kemarin, dihadapan pemerintah kelurahan, kata Suhedi, para penggali pasir ini meminta agar kembali diperbolehkan oleh Pemkot.
Jikapun tidak, maka ada solusi yang tepat, termasuk jika ada suara untuk alih profesi, para penggali pun kebingungan karena mereka sadar dengan kapasitas dan kualitas SDM mereka sendiri.
"Alih profesi ini tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan, kami ini SDM yang kurang, banyakan lulus SD, skill ga punya, tapi kami tidak mau anak-anak kami seperti kami ayahnya. Jadi kami minta aktifitas galian dibuka kembali," kata Suhedi.
Sementara itu, Lurah Argasunya, Mardiansyah mengatakan, Senin pagi, kantornya didatangi ratusan warga untuk menyampaikan aspirasi, dan tujuan utama mereka adalah menagih solusi karena sumber penghasilan mereka dari menggali urugan pasir saat ini ditutup Pemkot.
"Warga datang menyampaikan aspirasi. Jadi meminta solusi apa untuk mereka," ungkap Mardiansyah.
Hasil pertemuan kemarin, lanjut Mardiansyah, akan langsung dilaporkan kepada pimpinan di Kecamatan, dan kepada Walikota Cirebon.
Sumber: