Musim Penghujan Menghantui Warga Surapandan Argasunya Kota Cirebon yang Hidup di Rumah Tak Layak Huni

Musim Penghujan Menghantui Warga Surapandan Argasunya Kota Cirebon yang Hidup di Rumah Tak Layak Huni

MEMPRIHATINKAN. Keluarga Junaeni, anak dan kedua cucunya berdiri di bawah atap rumah yang dibiarkan menganga lebar. Kondisi rumah keluarga Junaeni sangat memprihatinkan dan membuat miris.-ISTIMEWA/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID-

CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Sudah memasuki penghujung tahun 2025 dan menyambut tahun 2026, beberapa warga Kota Cirebon dari berbagai wilayah menanti uluran tangan (bantuan) dari Pemerintah Kota Cirebon.

Bukan hanya sekadar bertahan sehari-hari, warga juga menunggu bantuan untuk tempat bernaungnya (rumah). Seperti dua warga Surapandan Argasunya Kota Cirebon yang berhasil dikunjungi Rakyat Cirebon, keadaan rumahnya sangat jauh berbeda dengan sekitarnya.

Atap rumahnya yang sudah menganga lebar, ketika hujan turun sangat memprihatinkan, sebab air akan masuk ke dalam rumah dengan mudahnya.

Warga RT 4 RW 04 Surapandan Argasunya Kota Cirebon, Meli, mengaku rumahnya pernah didatangi oleh orang-orang yang sempat survei keadaan rumahnya, namun sampai saat ini belum ada perbaikan yang kunjung datang.

"Waktu itu pernah ada yang datang ke sini (rumah) mbak, saya gatau darimana, cuma saya sampai tanda tangan di atas materai yang 10 ribuan sebanyak 3 kali, terus mereka pernah ngomongnya Bu sabar nanti bulan sebelas cair, eh sampai sekarang bulan dua belas masih belum," ujarnya dengan lirih berharap rumahnya dapat bantuan.

Lebih lanjut, Meli bercerita bahwa rumah yang ditinggali oleh dirinya, suami, dan 2 anaknya ini adalah milik kakaknya Meli. Meski begitu, surat-surat terbilang lengkap dan sering membayar PBB.

"Pengennya sih cepat dibantu karena surat-surat lengkap ada di kakak, karena ini rumah masih punya kakak saya. Disini ada suami, saya dan dua anak mbak," lanjutnya.

Lebih dari dua bulan menunggu kedatangan bantuan Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni), diungkapkan Meli, bukti pastinya ada di hp milik keluarganya.

"Gak tau dua bulan apa tiga bulan nunggu tuh neng, pastinya sih ada di hp, jadi pas rubuh itu langsung dibikin video terus kirim ke RT. Kalo udah nunggu berbulan-bulan gini kan semestinya secepatnya ya neng," ungkapnya.

Meli juga menyampaikan dirinya mendapatkan kartu merah dari pemerintah yang mana kartu tersebut merujuk pada Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

"Ada (bantuan), dapet kartu merah, dan kemarin itu dapat BPNT senilai 600 aja yang ATM tuh neng," ujarnya.

Ketika hujan turun belum lama ini, Meli bercerita tentang keadaan rumahnya yang berada di Surapandan Argasunya Kota Cirebon.

"Kondisinya ya ngeri mbak, apalagi ujan angin ya goyang-goyang atap tuh, ini aja atapnya ditutup pakai terpal setelah saya minta ke beberapa orang, ditambah tembok tuh pada jatuh semennya," ucapnya.

Tak hanya Meli, Junaeni yang tinggal hanya dengan anaknya yang janda seperti dirinya dan dua cucu. Keadaan rumahnya lebih memprihatinkan dari Meli, sejak bulan Agustus langit-langit rumah sudah bolong sehingga tak bisa membendung air hujan.

Sejak saat itu, Eni sapaan akrabnya telah was-was ketika hujan turun, bahkan November kemarin, atap kamar tidur dan mandi resmi rubuh dimana kondisi atapnya seperti kayu dibiarkan menggantung dan atapnya menganga lebar tanpa adanya terpal yang menutup atasnya.

Setiap hujan turun dan keadaan rumahnya begitu mengkhawatirkan, Eni beserta keluarga yang tinggal di rumah tersebut, terpaksa harus mengungsikan diri ke rumah tetangga sebelahnya.

"Sejak Agustus tuh udah berlubang, bahkan anak tuh punya akun tiktok dan diupload, dewan juga pernah datang ke sini. Cuma ya gaada perbaikan padahal ini sangat mengkhawatirkan, di rumah ini kan ada 2 anak kecil kalo kejatuhan kayu yang kaya gitu (menggantung) gimana coba?," ucapnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak dapat sama sekali bantuan dari pemerintah meski sudah lama tinggal di Surapandan Argasunya Kota Cirebon.

"Saya tuh kerjanya ya cuma buka warung sama ngecacah batu begini mbak, cucu sekolah juga ya jalan kaki ke sekolahnya. meskipun punya sepeda ya bocor gapunya uang mau gimana lagi?" ungkapnya.

Eni hanya berharap bahwa tempat tinggal dirinya, anak dan kedua cucunya segera diperbaiki dalam waktu dekat sebab keadaan dinding rumah pun sudah mulai miring.

"Ya berharapnya pasti diperbaiki secepatnya mbak, itu saya kalo mandi atapnya menganga gitu, terus tidur juga kadang was-was takut keruntuhan apalagi dinding rumahnya sudah mulai miring," pungkasnya (its)

Sumber:

Berita Terkait