Kemenag RI Lepas 20 Santri Bina Insan Mulia Penerima Beasiswa Universitas Al-Qawariyyin Casablanca Maroko

Kemenag RI Lepas 20 Santri Bina Insan Mulia Penerima Beasiswa Universitas Al-Qawariyyin Casablanca Maroko

MELEPAS. Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Kemenag RI, Prof Dr Nyayu Khadijah melepas 20 Santri Bina Insan Mulia penerima beasiswa Universitas Al-Qawariyyin Casablanca Maroko. FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--

RAAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Sebanyak 20 santri Pesantren Bina Insan Mulia berangkat ke Maroko. Melanjutkan studi Dirosah Islamiyah di Universitas Al-Qarawiyyin Casablanca. Mereka diterima di kampus tersebut melalui jalur beasiswa dari Kementerian Waqf Kerajaan Maroko.

Pelepasan 20 santri oleh Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Kementerian Agama Republik Indonesia yang diwakili Prof Dr Nyayu Khadijah di Old Town Café, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta pada Senin lalu, 13 Oktober 2025.

Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH Imam Jazuli Lc MA beserta keluarga turut hadir melepas santri. Selain itu, Direktur HCM Bina Insan Mulia sekaligus Staf Ahli Pimpinan DPR RI, Dr HC Ubaydillah Anwar, guru-guru, wali santri, dan para kolega.

Dalam sambutannya, Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Kemenag, Prof Nyayu Khadijah berpesan agar para santri memanfaatkan kesempatan langka ini dengan seoptimal mungkin.

“Jalan menuju kesuksesan memang tidak pernah mulus. Namun, dengan tekad dan niat yang kuat, kalian akan berhasil. Semua hambatan selama perjuangan harus kalian pahami sebagai tantangan untuk ditembus,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya berempati, saling tolong-menolong, dan menjaga kekeluargaan selama menempuh studi di negeri orang. “Saya tunggu keberhasilan kalian di tanah air. Indonesia Emas 2045 adalah milik kalian,” tambahnya.

Sementara itu, KH Imam Jazuli Lc MA menyampaikan Maroko merupakan tempat yang ideal bagi para santri dalam menimba ilmu. Khususnya khazanah keislaman klasik. Banyak tokoh besar yang lahir dan dimakamkan di Maroko.

Salah satunya penulis kitab legendaris Dalailul Khairat, Syekh Muhammad Sulaiman al-Jazulim, kitab yang juga diajarkan di Pesantren Bina Insan Mulia.

“Nanti, kalian akan menemukan praktik tarekat dan akhlak yang khas dalam kehidupan sehari-hari, bukan seperti di Indonesia dimana ajaran tarekat umumnya diamalkan hanya dalam wirid, namun seringkali terpisah dari kehidupan nyata,” terangnya.

Menurut Kiai Imam Jazuli, Universitas Al-Qarawiyyin merupakan kampus terkemuka. Telah melahirkan tokoh-tokoh besar dunia. Sebut saja seperti Ibnu Rusyd dan ulama terkemuka lain. Itu membuat hatinya semakin yakin kelak santri-santrinya menjadi tokoh-tokoh penting bagi pembangunan Indonesia.

“5 persen dari santri-santri saya yang menekuni study keislaman selalu saya doakan menjadi tokoh yang berperan penting dalam perubahan Indonesia sesuai bidangnya, seperti Prof Nyayu, UAS, dan lain-lain” ucap Kiai Imam Jazuli.

Sementara itu, Ubaydillah Anwar mengingatkan pentingnya santri Bina Insan Mulia untuk terus berpegang pada prinsip hidup yang telah diajarkan di pesantren selama ini. Yaitu prinsip himmah, khidmah, dan suhbah.

“Santri Bina Insan Mulia harus memiliki tekad yang membaja (himmah) dalam mengejar cita-cita. Dan supaya cita-cita itu tidak menjadi khayalan," katanya.

Maka lanjutnya harus dibuat target yang jelas. Itu sebagaimana pesantren Bina Insan Mulia memiliki target untuk menghasilkan 1000 sarjana lulusan luar negeri dan 1000 sarjana lulusan dalam negeri pada tahun 2028.

“Saat ini sudah ada 800 lebih kader Bina Insan Mulia di 13 negara, dan target tersebut Insyaallah tercapai,” tambahnya.

Ubaydillah juga menegaskan, santri Bina Insan Mulia harus memiliki panggilan hati untuk mengabdi dan melayani (khidmah) di posisi-posisi strategis. Supaya nilai manfaatnya besar.

"Jadilah orang-orang yang tandatangannya dapat mengubah banyak, hal demi kemaslahatan publik, sebagaimana doa Pak Kiai” pesannya.

Selain itu, santri Bina Insan Mulia juga harus mengamalkan prinsip suhbah (hubungan yang baik) dengan kiai, guru-guru, orangtua, orang-orang tua. Pandai kerja sama, dan pandai membangun jaringan.

“Ayahanda telah menjadi contoh yang nyata di depan mata dalam mengamalkan ketiga prinsip hidup itu dalam kehidupan sehari-hari sehingga harus kita jadikan teladan bersama,” pungkasnya. (zen)

Sumber: