BBM Naik, Petani Mulai Khawatir

BBM Naik, Petani Mulai Khawatir

KHAWATIR. Petani di wilayah Majalengka mulai merasakan dampak kenaikan harga BBM, seperti naiknya ongkos produksi.--

RAKYATCIREBON.IDMAJALENGKA - Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi terus menuai polemik di masyarakat. Sejumlah pihak menilai kenaikan harga BBM tersebut akan memicu kenaikan harga kebutuhan dasar lainya. Salah satunya adalah kenaikan harga pupuk dan pestisida yang mulai dikhawatirkan para petani.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan Suhenda, anggota Kelompok Tani Nasional Andalan (KTNA) Kabupaten Majalengka. Menurut dia, kenaikan BBM akan memicu kenaikan harga lainnya termasuk pupuk dan pestisida serta ongkos produksi pertanian. Dipastikan sangat memberatkan para petani dan buruh tani di Majalengka.

Suhenda mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi sudah memicu kenaikan ongkos atau biaya angkut hasil pertanian warga. Sementara harga gabah kering giling dari petani sampai saat ini masih rendah, dan akan sangat merugikan para petani.

Belum ditambah dengan kenaikan harga pupuk dan lainnya, yang menyebabkan ongkos produksi pertanian semakin berat dan tidak sebanding dengan nilai jual hasil pertanian mereka.

“Kekhawatiran akan terjadinya kenaikan harga pupuk dan kebutuhan lain pertanian akibat harga BBM naik, sudah mulai dirasakan para petani saat ini. Terutama di sewa dan ongkos hasil pertanian maupun obat obatan pertanian. Sedangkan harga gabah sampai saat ini masih belum ada kenaikan sama sekali,” terangnya, Rabu (7/9).

Hal senada juga dikeluhkan para pengusaha bibit tanaman di Kabupaten Majalengka, yang mengakui jika kenaikan harga BBM telah memicu naiknya ongkos dan beban produksi mereka yang dipicu kenaikan sistematis sejumlah kebutuhan pembibitan seperti polibag, obat obatan tanaman, hingga ongkos angkut pemasaran dan lainnya.

Seperti yang diungkapkan Anton, pengusaha bibit dan ayam petelur asal Desa Gunungkuning Kecamatan Sukahaji. Menurut dia, kenaikan BBM sudah memicu kenaikan sejumlah barang kebutuhan pertanian dan pembibitan.

“Yang paling kelihatan tentunya ongkos angkut bibit yang lumayan naik rata rata Rp200 sampai Rp500 per batang pohon,” tutur Anton.

Pihaknya meminta agar kenaikan BBM bersubsidi tersebut bisa dikaji ulang, mengingat saat ini kondisi ekonomi masyarakat dan pengusaha masih belum pulih 100 persen. (pai)

Sumber: