PDAM Kena Imbas Efisiensi, Harusnya Penyertaan Modal Rp5 Miliar, Terealisasi Setengahnya

PDAM Kena Imbas Efisiensi, Harusnya Penyertaan Modal Rp5 Miliar, Terealisasi Setengahnya

KENA IMBAS. Dirut Perumda Air Minum Tirta Giri Nata, Sofyan Satari menjelaskan, harusnya tahun 2022 ini, mendapatkan penyertaan modal sebesar Rp5 miliar. Namun kenyataannya berkurang menjadi Rp2,5 miliar. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON  - Kebijakan efisiensi anggaran pada Perubahan APBD tahun anggaran 2022 ini, salah satunya menyasar Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) kepada beberapa BUMD. Salah satunya PMP untuk Perumda Air Minum Tirta Giri Nata Kota Cirebon.

Seyogyanya, pada tahun ini Perumda Air Minum Tirta Giri Nata mendapatkan penyertaan modal sebesar Rp5 miliar. Hanya saja, di APBD Perubahan angkanya berubah hanya menjadi Rp2,5 miliar saja.

Direktur Utama Perumda Air Minum Tirta Giri Nata Kota Cirebon, Sofyan Satari menyampaikan, pada tahun ini, pihaknya mengajukan penyertaan modal untuk membiayai beberapa program. Terutama untuk program Hibah Air Minum Berbasis Kinerja (HAMBK) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI.

Maka dari itu, perubahan angka penyertaan modal ini akan mempengaruhi program yang akan digarap tersebut. Meskipun tetap masih bisa berjalan dengan suntikan anggaran yang seadanya terlebih dahulu.

"Programnya agak terganggu dengan pengurangan PMP ini. Karena peruntukannya untuk sebuah program," ungkap Sofyan.

Dia menjelaskan, penyertaan modal yang diajukan akan digunakan dalam rangka menalangi hibah air minum program tersebut. Karena syaratnya harus ada peran serta pemda berupa penyertaan modal.

Dalam perjalanannya sendiri, hibah air minum berbasis kinerja (HAMBK) ini harus terlebih dahulu dikerjakan oleh BUMD. Kemudian hasilnya dicek oleh kementerian. Sehingga baru dibayarkan setelah program selesai. Maka dari itu, memerlukan dana talang melalui mekanisme penyertaan modal.

"Nanti dicek kementerian. Mulai dari kualitas, tingkat kebocoran hingga biaya operasionalnya," lanjut Sofyan.

Dengan adanya efisiensi anggaran ini, dijelaskan Sofyan, program dalam rangka menekan kebocoran pun terganggu. Padahal, jika penyertaan modal sesuai target dan program berjalan, maka uang pengganti bisa masuk kembali ke kas daerah. Oleh karena itu, karena penyertaan modal yang berkurang, maka program tetap berjalan, tapi dengan kondisi seadanya.

"Jadi efisiensi ini berpengaruh bagi program penurunan kebocoran air PDAM. Saat ini, kebocoran di tahun 2022 sebesar sekitar 42 persen. Targetnya bisa mendekati  25 persen. Pekerjaannya nanti di Perumnas Burung, Perumnas Gunung dan Majasem. Karena itu titik yang kebocorannya cukup tinggi," kata Sofyan. (sep)

Sumber: