Ini Alasan Syekh Panji Gumilang soal Shalat yang Berjarak, Jemaah Perempuan Campur dengan Laki-laki

Ini Alasan Syekh Panji Gumilang soal Shalat yang Berjarak, Jemaah Perempuan Campur dengan Laki-laki

Syekh Panji Gumilang pimpinan Mahad Al Zaytun Indramayu--

RAKYATCIREBON.ID, INDRAMAYU - Syekh Panji Gumilang pimpinan Mahad Al Zaytun menjelaskan satu per satu mengenai polemik Salat Id yang terjadi baru-baru ini.

Ada 3 poin yang dijelaskan oleh Syekh Panji Gumilang, namun dari keseluruhan penjelasannya, dia meminta agar semua persoalan dikembalikan kepada Alquran.

Saat bertemu dengan wartawan Adun Sastra, Syekh Panji Gumilang juga meminta agar persoalan tersebut tidak dibesar-besarkan lagi.

“Hal itu sudah jangan dibesar-besarkan lagi,” kata Syekh Panji saat ditemui di PT Pelabuhan Samudra Biru Mangun Kencana Jalan Kertawinangun Blok Cibiuk Desa Eretan Kulon, Kecamatan  Kandanghaur, Indramayu.

Berikut 3 poin penjelasan dari Syekh Panji Gumilang:

1. Salat Berjarak

Diungkapkan Syekh Panji, salat yang berjarak seperti yang terlihat ketika dilaksanakannya salat id beberapa waktu lalu, sebenarnya sudah lama dijalankan di Mahad Al Zaytun.

Salat dengan shaf berjarak itu, dilaksanakan setelah pembangunan masjid selesai. Kemudian saat pandemi covid-19 melanda.

Pihaknya melakukan jamaah dengan shaf berjarak secara intensif setelah ada larnagan salat di dalam masjid.

Pasalnya, dirinya menolak fatwa larangan salat di dalam masjid, karena dapat menyebabkan rumah ibadah menjadi kosong dan sepi.

“Saat itu, saya menolak adanya fatwa yang melarang masuk atau salat di masjid. Kalau saya tidak menolak, semua masjid saat itu kosong,” tegas Syekh Panji.

2. Perempuan di Shaf Laki-laki

Mengenai adanya jemaah perempuan salat di barisan laki-laki, ditegaskan Syekh Panji hal tersebut bukan hanya karena yang bersangkutan adalah istrinya.

Tetapi saat salat id dilaksanakan, sebenarnya juga banyak perempuan lainnya di dalam masjid baik di shaf belakang maupun di lantai bawah masjid.

“Saat itu, jumlah jamaah di lantai bawah ada 2.500 orang dan sebagian besarnya adalah perempuan,” jelasnya.

Soal dalil yang digunakan terkait jamaah perempuan tersebut, ditegaskan dia dalam Alquran juga dijelaskan.

Namun, Syekh Panji tidak menyebutkan ayat atau dasar yang dimaksud, seraya meminta untuk mencari sendiri dan mempelajarinya.

“Silakan baca saja Alquran, nanti akan ketemu. Jangan bicara dalil, karena saya tidak sedang berdagang dalil,” tegasnya.

Dia pun merasa heran dengan kondisi kekinian, di mana hak perempuan sedang disejajarkan dengan laki-laki.

Tetapi, dalam pelaksanaannya justru dipermasalahkan dan menjadi kontroversi. Karenanya, sebaik-baiknya masalah adalah dikembalikan kepada Alquran.

“Dalam Alquran, ha perempuan dan laki-laki itu sama. Tidak boleh ada diskriminasi,” tegas Syekh Panji, saat perjumpaan tersebut.

3. Ada Umat Nonmuslim

Berkaitan dengan kehadiran umat nonmuslim di tengah salat id, ditegaskan Syekh Panji, itu adalah temannya yang datang dari Jakarta.

Bahkan setiap Idul Fitri, temanya tersebut seringkali berkunjung. Kehadirannya pada saat momen tersebut juga tidak perlu dipersoalkan, karena memang tidak ikut salat.

“Saya lebih kepada menghormati seseorang dan saya siapkan untuk duduk di samping, bukan ikut salat,” tandasnya.

Kembali ditegaskan Syekh Panji bahwa persoalan tersebut sudah tidak perlu lagi dibesar-besarkan, karena semua bisa dijelaskan.(dun)

Sumber: