Syekh Panji Gumilang Bangun Galangan Kapal, Sebut Bukan Kapal Nabi Nuh

Syekh Panji Gumilang Bangun Galangan Kapal, Sebut Bukan Kapal Nabi Nuh

Panji Gumilang saat memamerkan galangan kapal yang ada di Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu.--

RAKYATCIREBON.ID, INDRAMAYU- Bismillahi Majreha wa Mursaha Inna Lagafururrahim. Itulah kalimat doa yang diungkapkan Syekh Panji Gumilang, saat berbincang dengan Dahlan Iskan di galangan kapal PT Pelabuhan Samudra Biru.

Galangan kapal ini, dibangun atas prakarsa Lembaga Kemakmuran Masjid Rahmatan Lil Alamin Al Zaytun Indramayu.

Tentu saja membuat berdecak kagum. Sebuah pondok pesantren, bisa memiliki galangan kapal dengan nilai investasi puluhan bahkan ratusan miliar rupiah.

Saking besarnya kapal yang diproduksi yang berukuran 600 gross ton, Dahlan Iskan menilai, bila nantinya dimiliki nelayan-nelayan Indonesia, ekspor ikan akan sangat fantastis nilainya.

"Ini bukan kapal Nabi Nuh loh ya. Bukan beliau membuat kapal Nabi Nuh," kata Dahlan Iskan mengungkap canda, ketika berbincang dengan Syekh Panji Gumilang.

Galangan kapal tersebut sudah dibangun sejak tahun 2021, dan saat ini sedang memproduksi 2 unit kapal berukuran 600 gross ton.

Syekh Panji Gumilang mengungkapkan, nantinya kapal tersebut akan dilengkapi dengan air blast freezer (ABF). Sehingga suhu udara penyimpanan ikan bisa berada di temperature minus 60 derajat celcius.

"Kalau cold storage masih lemah. Kita pakai ABF. Suhunya minus 60 derajat celcius, sehingga kualitas ikan terjaga," tandas pendiri Mahad Al Zaytun tersebut.

Industri perikanan memang hal yang baru dimasuki oleh Al Zaytun, sekaligus tonggak baru bagi pesantren di Indramayu bagian barat tersebut.

Kendati demikian, seluruh tenaga ahli ternyata sudah dimiliki oleh Syekh Panji Gumilang, karena membangun galangan kapal adalah cita-cita lamanya.

"Seluruhnya dikerjakan oleh anak-anak Al Zaytun. Karena sejak saya mendirikan Al Zaytun sudah punya keinginan membangun galangan kapal," tandas Syekh Panji Gumilang.

Kembali, Syekh Panji Gumilang mengucap doa: Bismillahi Majreha wa Mursaha Inna Lagafururrahim. Menurutnya, tanpa ada fasilitas kapal tersebut kita tidak bisa melafalkan doa demikian.

Sebab, nelayan di lautan masih menggunakan kapal dengan rata-rata ukuran 300 Gross Ton. Sehingga tidak bisa memiliki ruang untuk menaruh cold storage. Apalagi harus melengkapi dengan fasilitas air blas freezer (ABF).

Imbasnya, mutu ikan tangkapan nelayan Indonesia tidak kunjung membaik. Kemudian banyak isu mengenai salmonela dan bakteri lainnya.

Karenanya Dahlan Iskan menyebut, tidak perlu heran bila tonase ekspor ikan Indonesia begitu besar. Tetapi nilai uangnya belum seperti yang diharapkan.

Pasalnya kualitas ekspor ikan dari Indonesia masih kerap menerima komplain dari pembeli di luar negeri.

Hal itu pula, yang ternyata memuat Syekh Panji terpikir sejak awal membangun Mahad Al Zaytun untuk membuat galangan kapal.

Meski tidak ada dasar perkapalan, dirinya mendidik anak-anak di kampus untuk belajar dalam produksi kapal.

"Semuanya ini kami kerjakan sendiri. Sampai memasang fiber kita kerjakan sendiri. Kita-kita ahli kok. Nabi Nuh itu sekolah di mana?" seloroh Syekh Panji.

Menurutnya anak-anak di Al Zaytun sejak awal sudah diajadi bagaimana membuat kapal. Sehingga mulai dari desain hingga pekerjaan lainnya dikerjakan sendiri.

"Ini yang kecil pak. Sebentar lagi kita akan buat pusat industri perikanan terpadu. Lahannya 350 haktare dan 75 persen sudah kita bebaskan," ungkapnya.(yud)

Sumber: