Dituding Sesat dan Menyesatkan, Al Zaytun akan Tetap Bernyanyi

Dituding Sesat dan Menyesatkan, Al Zaytun akan Tetap Bernyanyi

Syekh Panji Gumilang --

RAKYATCIREBON.ID, INDRAMAYU - Al Zaytun tetap bernyanyi. Bagi mereka bernyanyi itu merupakan kecerdasan tersendiri yang merupakan ciri khas pondok tersebut.

Al Zaytun tetap bernyanyi. Padahal pimpinan tertingginya Syekh Panji Gumilang sedang menjalani pemeriksaan di Mabes Polri. Al Zaytun tetap bernyanyi. Padahal pondok itu sedang dituding sesat dan menyesatkan.

Al Zaytun  tetap bernyanyi. Padahal pondok tersebut terancam ditutup. Aktivis Al Zaytun Ade Chan dalam unggahan di media sosial Facebook mengunggah kutipan lagu. Lagu keroncong karya Panji Gumilang.

Inilah sebagian kutipan lagu tersebut: “Pesisir utara, pohon lontar, saksi berdirinya. Diteruskan santri gemilang. Al Zaytun lah wujudnya. Pesisir utara, pohon lontar, saksi berdirinya. Diteruskan hamba perdamaian. Al Zaytun lah wujudnya.”

Menurut Ade Chan, syair lagu ini berkisah tentang Kota Gresik. Kota yang berdiri sejak abad ke-11. Kota di mana Panji Gumilang dilahirkan.

Gresik, katanya, dikenal sebagai kota wali. Karena berkenaan dengan sejarah peranan dan keberadaan para wali. Kota Gresik kemudian juga dikenal dengan sebutan Kota Santri.

Dijelaskan, Kota Gresik bernuansa Islami dengan banyaknya pondok-pondok pesantren dan sekolah berbasis Islam. Seni budaya bernuansa Islami pun berkembang pesat di kota itu.

Ade Chan menyebutkan, sejak zaman pengayoman para wali di Indonesia, berdakwah adalah menyertakan unsur seni dan budaya di dalamnya.

Bahkan banyak syair lagu diciptakan oleh para wali. Salah satunya adalah lagu “Tombo Ati”.

Lagu yang sampai di zaman kiwari masih disenandungkan orang, adalah karya cipta Sunan Bonang. Dia adalah salah seorang Wali Songo yang sangat mahsyur di Indonesia.

Begitu pula di Mahad Al Zaytun, ungkap Ade, kecerdasan dan kebebasan ekspresi berkesenian begitu kentara.

“Sebab seni menjadi salah satu kebutuhan pencerdasan dan pencerahan hidup. Seni adalah bahasa komunikasi kolektif dan global,” ujarnya.

Dia menjelaskan, sejak berdiri, Al Zaytun selalu merayakan berbagai acara dengan menampilkan beragam budaya dari seluruh nusantara.

Gondang dan musik tradisional Batak, katanya, bahkan pernah dikolaborasikan dengan Gamelan, Angklung dan beberapa alat musik tradisional lainnya. Begitu pula dengan seni dan budaya yang berasal dari negeri jiran, khas budaya Melayu.

Para santri  yang berasal dari negara lainnya, ungkap dia, kerap kali ikut menampilkan seni khas negaranya. Semua tampil menawan di Al Zaytun International School.

Dia juga menjelaskan, semua tingkatan pelajar di Al Zaytun memiliki kebebasan berkesenian sesuai dengan kecerdasan di usianya.

Karena itu kehidupan berkesenian di Al Zaytun terlihat sangat dinamis. Laksana membaca sejumlah bahasa baru yang mencerdaskan.

“Sehingga kita bisa mengatakan bahwa para santri Al Zaytun adalah Santri Seni. Santri yang melengkapi kehidupan sehari-harinya dengan seni,” tambah Ade Chan.

Ade Chan menambahkan lagi bahwa Al Zaytun sebagai institusi pendidikan telah ikut serta menyuburkan kehidupan berkesenian di Indonesia. (*)

Sumber: