Laba Dua Tahun Terakhir Anjlok Tak Wajar, Apotik Pasuketan Diambang Kebangkrutan
Apotik legendaris Cirebon, Apotik Pasuketan diambang kebangkrutan, dua tahun terakhir pendapatannya anjlok tak wajar. FOTO: IST/ RAKYAT CIREBON--
CIREBON - Apotik legendaris di Kota Cirebon, Apotik Pasuketan, yang beralamat di jalan Pasuketan nomor 88 berada diambang kebangkrutan.
Penyebabnya, disinyalir akibat ketidak profesionalan pengelolaan yang dilakukan oleh pemilik 'saham' mayoritas di Apotik yang berdiri sejak 1960 tersebut.
Untuk diketahui, sejak 2021 lalu, 'saham' Apotik Pasuketan dimiliki oleh dua orang yang merupakan saudara kandung, yakni Indrawati Setiabudi serta Benjamin Setiabudi.
BACA JUGA:5 Kekuatan Superhero Yang Bisa Kalian Dapatkan Dengan Cara Membelinya
Sepeninggal ibunda mereka pada tahun 2021, Benjamin mendapatkan 75 persen 'saham', dan menjadi pemegang mayoritas, sementara 25 persen menjadi milik sang kakak, Indrawati Setiabudi.
Namun pada perjalanannya, kondisi Apotik Pasuketan kian terpuruk, hal ini diduga karena pengelolaan yang dilakukan pemegang saham mayoritas terkesan tidak serius, termasuk dalam pembukuan laporan keuangan.
Pengelolaan sendiri dilakukan oleh Benjamin Setiabudi bersama Juanita Sulistyowati.
Melalui kuasa hukum, pemegang saham lainnya, Indrawati Setiabudi pun mempertanyakan kinerja pengelolaan Apotik Pasuketan yang melegenda tersebut.
BACA JUGA:Menggoda dalam Setiap Semprotan, 5 Rekomendasi Parfum Bunga Mewah Terbaru 2024 yang Wajib Dicoba
Kuasa Hukum Indrawati, Reno mengatakan, selama ini, kliennya sebagai pemegang saham 25 persen di Apotik Pasuketan, kesulitan mendapatkan informasi mengenai kondisi pengelolaan Apotik, termasuk soal pembukuan dan laporan keuangan.
Bahkan, persoalan internal ini sebetulnya pernah naik ke meja hijau, dan berujung mediasi oleh pengadilan negeri, yang mengeluarkan putusan perkara dengan nomor : 16/ Pdt.G/ 2022/ PN.Cbn, namun sampai saat ini, putusan tersebut belum dijalankan sepenuhnya oleh pihak Benjamin Setiabudi.
"Kami meminta agar saudara Benjamin Setiabudi menjalankan isi putusan pengadilan, sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan dengan transparansi," ungkap Reno.
BACA JUGA:5 Hal yang Memisahkan Film Hasil Karya Disney dengan Pixar yang Pasti Tidak Kalian Sadari
Dijelaskan Reno, saat ini, status usaha Apotik Pasuketan belum berbadan hukum, sehingga kliennya pun meminta, agar Benjamin segera membuat badan hukum atas usaha farmasi yang didirikan orang tua mereka tersebut.
Terlebih brand 'Apotik Pasuketan' saat ini sudah menjadi brand legendaris di Cirebon, dan kliennya memiliki 25 persen hak kepemilikan didalamnya.
Dalam hal transparansi pembukuan dan laporan keuangan, ditegaskan Reno, ia meminta agar Benjamin memberikan hasil audit tahun pembukuan 2022 dan 2023.
BACA JUGA:5 Kesalahan pada Film-Film Terkenal Disney yang Pasti Tidak Kalian Ketahui
"Kami juga meminta agar klien kami diberikan laporan keuangan tahun 2022 dan 2023 secara utuh dan lengkap," tegas Reno.
Dalam hal bagi hasil sesuai prosentase kepemilikan usaha, disebutkan Reno, memang hak kliennya selalu diberikan, namun dari tahun ke tahun semakin memprihatinkan, dimana informasi yang diterima kliennya, pendapatan Apotik Pasuketan menurun drastis di dua tahun terakhir.
Informasi yang diterima, pada tahun 2021 saja, Indrawati yang memiliki 25 persen hak perusahaan, menerima bagi hasil sekitar Rp. 259.000.000,-, namun setahun kemudian, pada tahun 2022, Indrawati mendapatkan bagi hasil sebesar Rp. 79.418.829,- , dan lebih memprihatinkan lagi, pada tahun 2023, Indrawati hanya memperoleh bagi hasil sebesar Rp. 43.520.872,-.
Setelah ditelusuri, ternyata tak hanya pendapatan yang terjun bebas, melainkan nilai aset dan laba tahun berjalan pun menurun signifikan.
BACA JUGA:8 Aksi Sulap Paling Terkenal yang Gagal dan Terbongkar Saat Acara Live
Menurut catatan, nilai aset Apotik Pasuketan pada 2022 senilai Rp. 1.591.368.555, namun satu tahun kemudian, nilainya merosot menjadi Rp. 1.194.287.149.
Belum lagi, laba tahun berjalan pada tahun 2022 dan tahun 2023 juga mengalami penurunan, tahun 2022, laba tahun berjalan sebesar Rp. 317.675.316,-, dan di tahun 2023 sebesar Rp. 172.211.486,-, selisih Rp. 145.463.830,-.
"Nilai aset dan laba tahun berjalan saja menurun sebesar Rp 397.111.406,-. Klien kami tidak mendapatkan penjelasan detail mengenai ini dari Benjamin Setiabudi," ujar Reno.
Terkait penurunan tersebut, dikatakan Reno, kliennya hanya mendapatkan alasan, dimana Benjamin beralasan, kondisi masyarakat saat ini mayoritas pengguna BPJS, banyaknya penjualan online hingga semakin banyaknya kompetitor.
Namun alasan tersebut bertolak belakang dengan kondisi di lapangan, dimana Apotik Pasuketan justeru kerap kehabisan stok obat, sehingga obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat tidak tersedia.
Terlebih lagi, ditengah kondisi Apotik Pasuketan yang terancam bangkrut saat ini, Benjamin justeru mendirikan beberapa apotik miliknya sendiri, yang menggunakan nama Apotik Pasuketan.
"Ada 5 Apotik yang didirikan, padahal kondisi Apotik Pasuketan sedang menurun, dia malah membesarkan apotiknya sendiri. Klien kami meminta transparansi. Juga meminta Benjamin agar bisa meningkatkan laba hingga satu milyar. Toh laba yang diterima klien kami, seluruhnya digunakan untuk kegiatan sosial, yang itu juga diatasnamakan Apotik Pasuketan," kata Reno. (sep)
Sumber: