KH Abdul Ghofur Dinilai Tepat Jadi Rais 'Aam PBNU Pasca MLB NU
![KH Abdul Ghofur Dinilai Tepat Jadi Rais 'Aam PBNU Pasca MLB NU](https://rakyatcirebon.disway.id/upload/5e871d00e3eecc6031f6b648e8e9c4c7.jpg)
Prof Dr (HC) KH Abdul Ghofur dinilai tepat menjadi Rais 'Aam PBNU Pasca MLB NU. FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--
KEMANA bahtera berlayar, nakhoda yang menentukan. Begitu juga sebuah organisasi. Perilaku dan budaya organisasi ditentukan oleh karakter kepemimpinannya. Untuk organisasi sebesar Nahdlatul Ulama (NU) dibutuhkan seorang Rais 'Aam yang memiliki visi ideal.
Terutama menyambut visi Indonesia Emas 2045.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015, KH Imam Jazuli Lc MA menyebut tokoh yang layak menjadi Rais 'Aam PBNU periode 2025-2030 salah satunya Prof Dr (HC) KH Abdul Ghofur alias Kiai Ghofur.
Kemudian lanjutnya, berdasar penelusuran sejumlah dokumen, pesantren Sunan Drajat awalnya didirikan oleh Raden Qosim atau Sunan Drajat. Namun akibat penjajahan Belanda, bangunan pesantren tinggal sumur tua dan pondasi bekas langgar yang tersisa.
Pada tahun 1977, Ponpes Sunan Drajat di Paciran, Lamongan itu kembali dibangun dan diasuh oleh Prof Dr (HC) KH Abdul Ghofur. Selain menjadi seorang ulama, pesilat, ilmuwan, dan pimpinan pondok pesantren, KH Abdul Ghofur juga merupakan sosok pengusaha yang sukses.
Selama kepemimpinannya dan merintis Pondok pesantren Sunan Drajat, beliau menjadikan pesantren dapat mandiri membiayai biaya hidup sehari-hari riibuan santrinya secara gratis dengan menjalankan berbagai perusahaan.
Seperti penambangan kapur, penggalangan kapal laut, usaha pengrajin kayu, industri pupuk, peternakan sapi, usaha bordir dan konveksi kain. Selain itu produksi air mineral, produksi jus, perkebunan mengkudu, pembudidayaan ikan lele, pembuatan madu asma, pembuatan minyak kayu putih, garam, radio, channel TV, dan usaha-usaha lainnya.
Berikut enam alasan mengapa Kiai Ghofur layak menjadi Rais 'Aam PBNU masa mendatang. Pertama, berpengalaman menjadi Musytasar PWNU Jatim. Ini alasan normatif yang memungkinkan seseorang yang akan berkarir di pengurus besar harus memiliki pengalaman di tingkat akar rumput.
Kedua, Keturunan ke-15 Sunan Drajat. Yang paling penting dalam kultur Nahdliyyin adalah persoalan darah biru seseorang. Hampir selalu menjadi candaan dalam setiap obrolan santai, seseorang yang tidak berasal dari lingkungan darah biru akan sulit memimpin di NU.
Menurutnya mengukur seberapa biru darah seseorang adalah hal yang lazim di masa lampau. Karena itu indikator paling umum seberapa sanggup seseorang untuk mengemban amanat. Namun, di zaman yang semakin modern dan rasional, status darah biru saja kurang cukup, tetapi harus disertai oleh prestasi.
Kiai Ghofur memenuhi seluruh kriteria yang diperlukan. Inilah alasan ketiga yang mendasari hal tersebut. pesantren Sunan Drajat merupakan bagian dari warisan Walisongo yang tetap lestari hingga saat ini. Mempertahankan peninggalan budaya selama hampir enam abad sejak abad ke-14 bukanlah tugas yang mudah.
Keberlanjutan itu hanya mungkin terjadi sejauh mana masyarakat menaruh kepercayaan. Sebuah lembaga pendidikan yang mampu bertahan selama enam abad menjadi bukti bahwa ia telah menjadi tempat utama bagi umat dalam menuntut ilmu.
"Pemimpinnya adalah suri tauladan yang selalu jadi panutan. Itu terbukti dari tahun ke tahun pesantren Sunan Drajat asuhan Kiai Ghofur semakin diminati oleh masyarakat," katanya.
Jika dibandingkan dengan kepemimpinan PBNU yang sekarang, kata Alumni Universitas Al-Azhar mencari figur pemimpin seperti Kiai Ghofur seperti mencari jarum dalam jerami. Tidak banyak keturunan langsung dari Walisongo dan mewarisi peninggalan Walisongo yang menjadi pemimpin PBNU hari ini.
"Oleh karenanya, adalah kebutuhan mendesak agar PBNU dipimpin oleh keturunan langsung Walisongo dan yang mewarisi tetinggalan Walisongo," katanya.
Salah satu ciri paling mudah untuk menandai siapa keturunan Walisongo adalah strategi perjuangannya yang mirip Walisongo, termasuk di bidang ekonomi. Para Wali adalah pengusaha. Sunan Ampel berbisnis emas, sehingga selat di Surabaya dikenal dengan sebutan Kalimas (Sungai Emas).
Sunan Bonang mengajari masyarakat bertani dan membuat irigasi. Termasuk Sunan Drajat fokus pada advokasi sosial, mengentaskan kemiskinan, berdakwah yang menekankan etos kerja keras.
"Inilah alasan keempat. Kiai Ghofur mewarisi spirit dakwah Sunan Drajat, dengan cara menjalankan berbagai perusahaan seperti penggalan kapal, industri pupuk, tambang batu kapur, peternakan, konveksi, perkebunan mengkudu, budidaya akuakultur, bahkan industri media radio dan televisi," terangnya.
PBNU kini tampak kehilangan spirit kerja keras. Lebih condong politik praktis dan pragmatis. Hal itu bisa dilihat salah satunya bersusah payah untuk mendapatkan janji konsesi tambang yang dijanjikan rezim. Walaupun harus menabrak banyak standar moral.
"Setelah jatah konsesi didapat, mereka mencari investor eksternal untuk mengelolanya. Jadi, tinggal duduk berpangku tangan dan menerima jatah pembagian keuntungan," lanjutnya.
Semangat kepemimpinan PBNU hari ini sama sekali tidak mencerminkan etos kerja keras dan kemandirian ekonomi yang dicontohkan oleh Walisongo. Terutama Sunan Drajat. Oleh karenanya, warga NU sangat berharap Kiai Ghofur memimpin PBNU sebagai Rais 'Aam.
"Agar PBNU betul-betul terlihat sebagai warisan Walisongo, bukan produk budaya populer yang pragmatis," katanya.
Alasan kelima, kedekatan Kiai Ghofur dengan Presiden Prabowo, bahkan persahabatan diantara keduanya ini sudah terjalin lama. Sejak masih Danjen Kopasus, dan sebelum reformasi. Kemudian mendirikan partai dan selalu mendukung saat Pencapresan tiga kali.
Lebih lanjut kata Kang Izul--sapaan Kiai Imam Jazuli, Fadli Zon menceritakan bahwa Kiai Ghofur bukanlah sosok asing di kalangan Gerindra. Beliau bisa dikatakan sebagai penasehat spiritual dan salah seorang penting pendiri Gerindra.
Bahkan pesantren Sunan Drajat sering disebut sebagai tempat pertama ide mendirikan Partai Gerindra yang pada awalnya memiliki kepanjangan Gerakan Sunan Giri dan Sunan Drajat, sebelum akhirnya diresmikan menjadi Gerakan Indonesia Raya.
Kyai Ghofur pernah menceritakan bahwa Prabowo seringkali datang ke pesantrennya jika sedang ada masalah atau bingung. "Dua hari lalu SBY dan istrinya menginap di sini. Insya Allah yang dateng ke sini jadi Presiden," tuturnya, seperti yang dikutip Detik.com 25/6/2014.
Terakhir, alasan keenam betapa layak Kiai Ghofur menjadi Rais 'Aam adalah semua langkah perjuangannya itu dilandaskan oleh pemikiran ilmiah dan disimpulkan dari riset panjang. Oleh karenanya, prestasi Kiai Ghofur diapresiasi oleh lembaga akademik internasional dari Amerika.
Kiai Ghofur mendapatkan penghargaan Doktor Honoris Causa dari American Institute of Management Hawaii pada 2007, dan mendapatkan gelar Profesor karena melakukan penelitian ilmiah di bidang budidaya buah mengkudu.
Pertanyaannya sekarang, dari sekian orang pemimpin PBNU hari ini, siapa yang memiliki karya ilmiah yang diapresiasi oleh lembaga internasional dan memiliki manfaat besar bagi rakyat kecil, bagi santri dan masyarakat pesantren, bahkan masyarakat secara luas? Silahkan anda hitung sendiri.
"Oleh karenanya, kepemimpinan Kiai Ghofur di PBNU adalah satu-satunya jalan keluar dari kondisi yang belum berprestasi seperti sekarang," katanya.
Enam alasan di atas adalah kenyataan yang tak terbantahkan. Oleh karenanya, mungkin kemusykilan dalam memilih pemimpin pada Muktamar NU Lampung adalah yang terakhir. Di depan mata sudah banyak nama-nama yang bisa dipercaya.
" Untuk mengembalikan NU ke jalan khitthah yang ditetapkan oleh para muasis NU dan yang diwariskan oleh Walisongo. Selalu ada harapan memiliki masa depan yang lebih baik dari sekarang," tukasnya. (zen/rls)
Sumber: