Achmad Opan Safari Hasyim: Saya Diundang ke Israel, Telusuri Nama Sunan Gunung Jati dengan nama Syaikh Israel
Surat kabar Haaretz di Israel menyematkan julukan pada Abdurrahman Wahid sebagai \'A Friend of Israel in the Islamic World\' lewat judul sebuah wawancara pada 2004. Micha Odenheimer, si wartawanj, membuka wawancara dengan pernyataan begini: \'Anda di Israel dikenal sebagai teman. Ini cukup tidak lazim untuk seorang pemimpin Islam.\'
Pernyataan Micha tentu wajar. Sebab, sebagian pemimpin Islam memiliki kecenderungan menentang Israel, apalagi jika sudah terkait konflik Israel dan Palestina. Namun, tidak dengan Gus Dur.
Tentunya, hal ini juga menjadi catatan penting bagi Raden Achmad Opan Safari Hasyim, seorang filolog Cirebon, yang tinggal tak jauh dari Pasarean Buyut Kilayaman, Rancang Dawuan, Tengah Tani, pantang berhenti menyusuri jejak leluhur Cirebon, para keturunan Sunan Gunung Jati.
Dalam sebuah kesempatan di Warkop WAW Cirebon. Pria yang akrab disapa Opan ini, menceritakan pengalamannya diundang salah satu universitas terbaik dan universitas penelitian ternama, Hebrew University of Jerusalem, Israel yang didirikan tahun 1918.
\"Israel cukup aman dan kondusif untuk studi,\" ungkap Opan yang juga tercatat sebagai PNS Kementerian Agama Kabupaten Cirebon ini, Jumat (17/7).
Sekitar bulan Juni 2019, dirinya diundang Hebrew University of Jerusdalem untuk Program Post Doctoral atau Joint Research tentang The New Direction of Study Java. Kepada Rakyat Cirebon, ditengah kesibukannya menulis buku perjuangan rakyat Cirebon melawan kolonial, ia menceritakan pengalamannya selama di Israel.
Bagaimana Anda bisa sampai ke Israel?
Saya diundang Hebrew University of Jerusalem dalam sebuah Program Post Doctoral. Program tersebut berlangsung selama setahun, dan mengundang Profesor dari berbagai manca negara dalam bidang kajian Sejarah, Antropologi, Filologi serta Linguistik. Dari Amerika Serikat, Prof. Mark Benamo, Prof. Antony Day, Prof. Nancy K. Florida dan Dr. Verena Mever. Dari Belanda, Prof. Willem Vander Mollen, Prof. Bernard Arph, dan Dr. Estrick Baker. Dari Belgia, Prof. Ells Bogart dan Dr. Judit Brosnack. Dari Jerman, Prof. Edwin Wierenga dan Dr. Mariam Lucking. Dari Australia, Prof. George Quin dan Dr. Jhon Peterson.
Apa yang menjadi daya tarik Hebrew University of Jerusalem mengundang Anda?
Informasi yang mereka dapatkan karena saya dipandang sebagai ahli sastra Jawa bagian kulon dan ahli Jawa bagian wetan diwakili Dr. Siti Musrifah dari UNS. Kabarnya, pihak Hebrew University of Jerusalem juga tertarik dengan temuan naskah yang dimiliki Anda, bisa dijelaskan?Ya, saya mempunyai naskah berjudul Carios Syarif Hidayatullah. Naskah tersebut memiliki informasi yang cukup menarik tentang negara asal Syaikh Syarif Hidayatullah. Beliau disebutkan berasal dari Bani Israel. Dalam arsip Belanda yang berjudul Cheribon Gesidenis ditulis oleh Dr. Godee Moisbergen disebutkan nama Sunan Gunung Jati dengan nama Syaikh Israel Ibnu Maulana. Saat saya menceritakan informasi penting tersebut, Prof. Ronnit Ricci langsung menyela, \"So now you come to visit your ancestor country?\" Saya langsung menjawab, \"I Supposed, yes.\"
Dari sudut pandang seorang filolog, bagaiamana sesungguhnya Naskah Carios Syarif Hidayatullah?
Naskah itu ditulis oleh Pangeran Rahadi Wijaya Jayakelana sekitar tahun 1800an. Jadi jauh dari peristiwanya, bukan naskah primer namun yang menarik adalah salah satu kontennya didukung arsip Moisbergen, khususnya tentang Bani Israel.Artinya naskah tersebut bisa dijadikan sumber sejarah kearsipan?Bisa. Sebab, arsip ditulis sejaman dengan peristiwanya
Kejaksaan Agung Republik Indonesia menerbitkan surat pelarangan pengedaran buku bertajuk \'Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, karya Slamet Muljana tahun 1971. Buku Tersebut dianggap mengganggu ketertiban umum karena berisi informasi yang kontroversial tentang asal-usul Wali Songo. Apakah temuan naskah yang Anda miliki ini juga akan menjadi kontroversial karenanya?
Semestinya disikapi dengan bijak. Sebab, sedikit demi sedikit apa yang ditulis beliau mulai terbukti. Pertama ucapan Gus Dur tentang wali yang dari Tiongkok dianggap teori ngawur. Kedua, Ceramah BJ. Habibie di Masjid Lautze bahwa anugerah terbesar bangsa Tiongkok ke Nusantara adalah Islam. Kemudian, saya menemukan juga sebuga teks dalam manuskrip Purwaka Caruban Nagari 1720 bahwa kedatangan Syaikh Quro dan Syaikh Bentong atau Tan Go Hwat ke Pelabuhan Muara Jati menumpang kapal Cheng Ho 1415.S
Sumber: