Warga Resah, 195 Titik Semburan Air Bercampur Gas Belum Bisa Dihentikan
RAKYATCIREBON.CO.ID - Warga Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu belum merasakan tenang dan nyaman. Pasalnya, 195 titik semburan air bercampur gas masih belum dapat ditangani dan semakin mengkhawatirkan.A
Kuwu Desa Sukaperna, Khasanudin menyampaikan, masyarakat di desanya sudah sangat resah dan khawatir terhadap semburan yang jumlahnya sudah mencapai 195 titik. Apalagi semburan tersebut sudah mulai bermunculan sejak 3 tahun terakhir yang awalnya ada sekitar 50 titik.
\"Sudah sering petugas Pertamina dan pihak-pihak terkait datang, tapi hanya mengecek saja. Kalau ada penanganan yang pasti tidak bermunculan semburan itu,\" ungkapnya, Senin (8/1).
Sejak 3 tahun lalu pula, masyarakat di desa tersebut belum pernah mendapatkan kompensasi apapun. Ditambah lagi saat ini mulai dikeluhkan adanya serangan infeksi pada pernafasan. Bahkan udaranya sudah tidak aman untuk kesehatan.
\"Siang dan malam masyarakat tidak pernah tenang, selalu ketakutan. Bisa saja meledak atau kebakaran. Ini harus benar-benar diperhatikan,\" ujarnya.
Sementara itu, semburan gas liar yang muncul di Desa Sukaperna dan Pagedangan, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu dengan jumlah sedikitnya ada 195 titik itu berlangsung sejak 25 Desember 2017 lalu.
Disinyalir semburan gas itu hampir sama dengan kejadian pada tahun 2015, karena gas rawa bermunculan di sawah dan pekarangan hingga pemukiman warga.
Jatibarang Field Manager Pertamina EP Asset 3, Herman Rachmadi menerangkan, hasil uji laboratorium dari semburan gas tersebut memiliki komposisi berbeda dengan gas yang diproduksi oleh Pertamina EP Jatibarang Field.
Dari hasil uji lab dinyatakan bahwa ada perbedaan komposisi gas produksi kami dengan gas yang muncul di rumah-rumah warga.
Perlu diketahui bahwa gas yang kami produksikan berasal dari kedalaman lebih kurang 1.100 meter, sedangkan gas yang muncul ini merupakan gas dangkal dari sekitar kedalaman 100 sampai 200 meter,\" paparnya.
Ditegaskan General Manager PT Pertamina EP Asset 3, Wisnu Hindadari, saat ini pihaknya berupaya untuk membantu mengurangi tekanan shallow gas tersebut.
Yakni dengan mencoba mengalirkan gas dangkal itu melalui sumur BDA-02 yang lokasinya di desa setempat, atau membakar gas tersebut apabila tekanannya rendah.
\"Untuk kelancaran kegiatannya perlu dukungan masyarakat dan meminta jaminan keamanan kepada aparat kepolisian maupun TNI,\" pintanya.
Dalam upaya penanganannya, Pemerintah Kabupaten Indramayu ikut berperan dengan menerjunkan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bahkan telah mendirikan posko penanggulangan.
Sedangkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah berkoordinasi dengan Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), serta Dirjen Migas Kementerian ESDM. (tar)
Sumber: