PDIP Rahasiakan Survei Bakal Calon Bupati

PDIP Rahasiakan Survei Bakal Calon Bupati

MAJALENGKA - Menjelang pelaksanaan Pilkada Majalengka 2018, PDIP  sudah mulai melakukan sejumlah persiapan awal. Diantaranya melakukan  konsolidasi dan penguatan di tataran struktural partai, serta organisasi sayap PDIP. 
\"Sekretaris
Tarsono D Mardiana (kanan). dok. Rakyat Cirebon
Demikian seperti yang diungkapkan Sekretaris DPC PDIP Kabupaten Majalengka, Tarsono D Mardiana Ssos, kepada Rakyat Majalangka,  kemarin (14/2).

Sementara itu untuk persoalan bakal calon (balon) yang akan diusung, Tarsono mengatakan selain menunggu  mekanisme partai berupa penyaringan dan penjaringan, PDIP juga masih menunggu hasil survei yang dilakukan secara tertutup oleh tim khusus dari DPP. Mengenai jadwal dan ketentuan survei, kata dia sangat rahasia dan yang tahu hanya DPP.

“Memang  selain mekanisme penjaringan bakal calon, juga ada survey. Masalah waktu pelaksanaan survey  dirahasiakan, mungkin sudah dimulai sejak awal  2017 ini, atau mungkin belum, dan bisa jadi sudah dimulai sejak di pertengahan 2016 kemarin,” terangnya.

Hal senada diungkapkan  Wakil Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom) Drs Sabungan Simatupang. Menurutnya,  untuk menentukan pasangan yang akan diusung, PDIP memiliki mekanisme  yang harus dilalui. Dan  PDIP belum  memutuskan siapa tokoh yang akan dimajukan dalam Pilkada 2018 mendatang. 

Mekanisme survei  menjadi bahan pertimbangan bagi DPP untuk menentukan siapa kader atau tokoh yang layak. Karena itu, harusnya  sejumlah kader terbaik PDIP untuk berani keluar melakukan sosialisasi, melalui sejumlah media massa, maupun baligho dan sepanduk. 

Saat ini meski pelaksanaan Pilkada Majalengka masih jauh, sejumlah baligo tokoh baik dari internal PDIP maupun ekternal PDIP sudah mulai memenuhi sejumlah ruas jalan. Juga ada yang melakukan sosialisasi menggunakan kalender dan media lain.

 Wahyudin,  seorang pemerhati politik mengatakan, metode pemasangan baligho, ataupun sepanduk dan pamphlet  serta kalender bergambar tokoh politik jelang Pilkada, merupakan hal biasa. Metode itu kata dia setidaknya memiliki tujuan, diantaranya untuk meningkatkan popularitas sekaligus untuk mensosialisasikan diri.

Namun yang terpenting kata dia, pihaknya mengingatkan agar pemasangan baligho maupun sepanduk tetap memperhatikan konsep estetika dan etika. Diantaranya dengan tidak memasang baligho dengan cara dipaku di pepohonan,atau di tempat tempat zona larangan pemasangan baligho.

“Yang perlu diperhatikan adalah cara pemasangan baligho , jangan sampai dipaku di pohon, selain merusak lingkungan juga kurang etis,” pesanya.(pai)

Sumber: