Tidak Ada Akses Jalan, Petani Desa Karanganyar Kesulitan Angkut Hasil Pertanian

Tidak Ada Akses Jalan, Petani Desa Karanganyar Kesulitan Angkut Hasil Pertanian

PERTANIAN. Lahan pertanian di Desa Karanganyar, Kecamatan Karangwareng, Kabupaten Cirebon, meski fasilitas pengairan bagus, namun tidak memiliki Jalan Usaha Tani (JUT). FOTO: HERMAWAN/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Lahan pertanian di Desa Karanganyar, Kecamatan Karangwareng, Kabupaten Cirebon meski fasilitas pengairan bagus, namun tidak memiliki Jalan Usaha Tani (JUT). Sehingga operasional pengangkutan tinggi, dan imbasnya harga sewa lahan anjlok dari harga standar lahan pertanian pada umumnya.

Kuwu Desa Karanganyar, H Suranto mengatakan, jumlah lahan pertanian di desanya ada 38 hektar lahan milik kas desa dan sekitar 90 hektar lahan milik masyarakat. Meskipun irigasi pengairan di wilayah tersebut terbilang bagus. Namun saat ini, harga sewa lahan hanya ada di kisaran Rp4,5-5 juta pertahun.

Alasannya, karena petani yang menyewa lahan kesulitan akses ketika akan tanam maupun saat panen, yang bisa dilakukan dengan ongkos gendong oleh buruh tani. Sehingga operasional membengkak, maka banyak yang tak melirik untuk sewa lahan di areal pertanian yang ada di desanya.

"Luasnya lahan pertanian di sini tidak memiliki akses jalan. Sehingga petani penggarap lahan kesuliatan pengangkutan. Mereka terpaksa harus menggunakan kuli angkut, sehingga biaya membengkak," terangnya.

Dijelaskan Suranto, pihaknya telah beberapa kali melakukan pengajuan bantuan JUT ke Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon. Tetapi, ketika disurvei di lahan pertanian desa tetangga ada lahan tebu, sehingga pengajuannya tidak bisa direalisasikan.

Para petani saat ini hanya bisa memanfaatkan tanggul irigasi untuk akses keluar masuk ke lahan pertanian garapannya. Pihak pemdes juga sempat berpikir untuk membangun JUT di tanggul tersebut, agar bisa dilintasi kendaraan dengan menggunakan anggaran desa. Tetapi lahan itu bukan milik desa, sehingga khawatir akan dipersoalkan.

"Kalau kita membangun JUT swadaya desa tentu membutuhkan anggaran yang lumayan besar. Sehingga belum bisa dilakukan. Sementara kita masih mengandalkan bantuan dari dinas maupun instansi lainnya," ucapnya.

Lanjut menurut Suranto, lahan pertanian di wilayahnya sangat bisa diandalkan untuk menjadi lahan pertanian padi, karena irigasi pengairan terbilang bagus. Baru ada sekitar 10 hektar lahan yang berani melakukan tanam 3 kali dalam satu musim.

Sementara yang lainnya memilih hanya dua kali tanam dalam semusim. Pertimbangannya karena operasional yang tinggi, sementara pihaknya akan melakukan uji coba melalui Bumdes untuk melakukan tanam padi sendiri 3 kali tanam dalam semusim.

"Rencana kita akan uji coba oleh Bumdes, sementara akan menanam sekitar 5 hektar, kita ingin bumdes kita kedepan mampu menampung hasil pertanian para petani disini, dengan begitu minimalnya bisa mengurangi ongkos angkutan," harapnya. (her)

Sumber: