Rusia Akui Kualahan, Sudah Kehabisan Amunisi dalam Perang Melawan Ukraina

Rusia Akui Kualahan, Sudah Kehabisan Amunisi dalam Perang Melawan Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin mengecek kesiapan amunisi milik Pasukan Rusia di kamp perang. --

RAKYATCIREBON.ID, UKRAINA - Rusia mengakui pasukannya di Ukraina mengalami masalah soal peralatan perang pada Rabu (26/10).

Ini merupakan pertama kalinya Rusia blak-blakan soal kondisi pasukannya yang tengah berperang di Ukraina.

"Kalian semua telah mendengar pernyataan Presiden (Vladimir Putin dalam rapat Dewan Koordinasi). Memang, ada masalah dengan peralatan," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan di Moskow.

Peskov mengakui pasukan Rusia di Ukraina menghadapi sejumlah masalah di medan perang. Namun, ia menegaskan Rusia tengah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasinya.

"Langkah-langkah sedang diambil untuk menyelesaikan masalah ini," ucapnya seperti dikutip CNN.

Pada Selasa (25/10), Putin mengatakan peralatan tentara Rusia harus "efisien dan modern" untuk memenuhi kebutuhan pasukan dalam perang di Ukraina.

Putin juga meminta pemerintah untuk mempercepat pengambilan keputusan dan pembuatan peralatan militer.

Pernyataan Putin itu datang ketika pasukan Rusia dilaporkan terus mengalami kemunduran bahkan mandek, dalam melancarkan invasinya di Ukraina yang berlangsung sejak Februari lalu.

Sejak awal September lalu, pasukan Ukraina melancarkan serangan perlawanan ke sejumlah wilayah di timur negaranya yang diduduki Rusia. Sejak itu, pasukan Ukraina berhasil merebut sejumlah wilayah dari Rusia.

Pasukan Rusia dilaporkan kehabisan akal hingga banyak di antara para personelnya menyerah.

Meski begitu, sampai saat ini, kedua pasukan masih sengit bertarung di sejumlah wilayah terutama Kherson.

Belakangan, Rusia menuding Ukraina menggunakan bom kotor dalam peperangan.

Namun, Kyiv dan negara Barat membantah tuduhan tersebut dan menuding Moskow tengah melancarkan operasi False Flag agar bisa membenarkan langkahnya untuk menggunakan senjata kimia seperti nuklir taktis.(cnn/rakcer)

Sumber: