Bupati: Jangan Anggap Budaya Dekat dengan Kemusyrikan
BUDAYA. Bupati Majalengka menghadiri agenda hajat Guar Bumi Buyut Nitibaya di Desa Bantaragung Kecamatan Sindangwangi, Kamis (27/10).--
RAKYATCIREBON.ID, MAJALENGKA - Bupati Majalengka DR H Karna Sobahi MMPd menghadiri kegiatan Hajat Bongkar Bumi Buyut Nitibaya di Desa Bantaragung Kecamatan Sindangwangi. Upacara tersebut merupakan kegiatan ritual masyarakat Bantaragung dalam menyambut panen raya.
Kegiatan yang digelar Kamis (27/10) tersebut dihadiri ratusan warga dan pemangku adat, termasuk sejumlah pejabat teras Majalengka. Kegiatan tersebut menurut informasi dari panitia merupakan bentuk syukuran kepada Allah sekaligus upacara penghormatan kepada bumi dan air.
Dalam sambutannya, bupati mengatakan sudah selayaknya manusia harus bersyukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat alam yang indah dan termasuk ketersediaan air dan tanah yang telah membawa keberkahan bagi masyarakat khususnya warga Desa Bantaragung.
Dia berharap dengan acara Bongkar bumi tersebut, bisa menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi sehingga kerukunan dan gotong royong di desa bisa terus terjaga. Sehingga desa bisa terus sejahtera dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
“Perlu saya sampaikan, jangan menganggap setiap budaya dekat dengan kemusyrikan karena hakikatnya budaya sendiri bisa menyambung tali silaturahmi diantara manusia dan rasa syukur terhadap Allah,” tutur bupati.
Berdasarkan data di Dinas DPMD maupun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka, Desa Bantaragung merupakan salah satu desa wisata yang sudah dikenal oleh masyarakat luas terutama karena keindahan alamnya. Sehingga bupati menitipkan pesan agar potensi alam itu terus dijaga, agar anugerah alam bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan rakyat luas.
“Saya yakin kedepan akan menjadi obyek wisata yang akan sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan domestik, jadi tolong dirawat, dipelihara, dan dijaga serta terus ditata,” ujar bupati.
Untuk menjaga menjaga kelestarian alam tersebut, pihaknya mengajak masyarakat mau melakukan penanaman tanaman pendamping beras atau dikenal dengan tumpang sari karena ketahanan pangan juga sangat penting untuk kesejahteraan rakyat.
“Jadi jangan sampai terlena dengan potensi wisata saja, tanpa memikirkan konsep ketahanan pangan. Oleh karena itu penting juga untuk melakukan penguatan ketahanan pangan melalui konsep tumpang sari,” pungkasnya. (pai)
Sumber: