Kampung Unik di Jawa Barat; Penduduknya Tidak Biasa Makan Nasi, Singkong Sebagai Makanan Pengganti

Kampung Unik di Jawa Barat; Penduduknya Tidak Biasa Makan Nasi, Singkong Sebagai Makanan Pengganti

Penduduk Cirendeu, Cimahi, Jawa Barat biasa tidak makan nasi, singkong jadi makanan pengganti. . --

RAKYATCIREBON.ID, CIMAHI - Dalam artikel kali ini kita akan membahas salah satu kampung unik di Jawa Barat.

Kampung unik di Jawa Barat yang satu ini letaknya tidak jaug dari pusat kota. Justru cukup dekat dengan Ibukota Jawa Barat, Bandung.

Meski demikian, kampung unik di Jawa Barat yang satu ini masih tetap memegang teguh adat dan tradisi leluhurnya.

Kampung Adat Cireundeu namanya. Secara administratif masuk ke wilayah Kota Cimahi.

Meski tetap memegang teguh adat istiadat leluhur, warganya juga tidak alergi terhadap kemajuan.

Nah, salah satu keunikan Kampung Adat Cireundeu selain kebudayaan serta adat istiadatnya adalah kebiasaan warganya yang tidak menjadikan nasi yang berasal dari beras padi sebagai makanan pokok.

Jadi, sejak tahun 1918 warga Kampung Adat Cireundeu memutuskan untuk tidak makan nasi. Sebagai gantinya mereka menjadikan rasi atau nasi dari singkong sebagai makanan pokok.

Kebiasaan warga salah satu kampung unik di Jawa Barat ini bertahan secara turun temurun hingga sekarang.

Kampung Adat Cireundeu termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Letaknya sangat strategis sebagai kampung adat yang dihuni oleh masyarakat yang dikenal dengan sebutan Sunda Wiwitan.

Diapit tiga gunung. Yaitu Gunung Kunci, Gunung Cimenteng dan Gunung Gajahlangu.

Nama Kampung Adat Cireundeu diambil dari nama tanaman banyak tumbuh di lokasi tersebut. Yakni, tanaman reundeu.

Tanaman ini salah satu jenis herbal yang kerap digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional. Artinya, tanaman yang banyak manfaatnya untuk kehidupan manusia.

Wilayah Kampung Adat Cireundeu 64 hektar. Sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian. Yakni, mencapai 60 hektar.

Sementara itu, yang 4 hektar digunakan sebagai area pemukiman warga. Adapun sebagian besar warga Kampung Cireundeu berprofesi sebagai petani.

Masyarakat adat Sunda Wiwitan yang ada di Kampung Cireundeu memegang teguh adat dan budaya leluhurnya.

Konsep pembagian wilayah di kampung ini pun mengikuti kepercayaan nenek moyang warganya. Yakni membagi wilayah menjadi tiga.

Pertama Leuweung Larangan atau hutan terlarang. Kemudian Leuweung Tutupan atau hutan reboisasi. Terakhir, Leuweung Baladahan atau hutan pertanian.

Sementara itu, prinsip hidup warga Kampung Cireundeu yang masih dipegang teguh sampai saat ini adalah:  

"Teu Boga Sawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat."

Artinya:

“Tidak Punya Sawah Asal Punya Beras, Tidak Punya Beras Asal Dapat Menanak Nasi, Tidak Punya Nasi Asal Makan, Tidak Makan Asal Kuat.”

Prinsip hidup ini sejalan dengan kebiasan warga mengonsumsi rasi yang berasal dari olahan singkong.

Kebiasan yang terus dipertahankan warga Kampung Adat Cireundeu ini menjadikan mereka lebih mandiri. Sebab, tidak terpengaruh fluktuasi harga dan stok beras nasional.(*)

Sumber: