Tahun Depan, Cirebon Miliki Kampung Wisata Rotan

Tahun Depan, Cirebon Miliki Kampung Wisata Rotan

CIREBON – Wacana pembentukan kampung wisata rotan di desa Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon nampaknya sudah semakin nyata.
\"diskusi
Diskusi kampung wisata rotan Tegalwangi. Foto: Suwandi/Rakyat Cirebon

Selain terus menggiatkan semangat perajin rotan di tingkat hilir, beberapa pihak yang menginisiasi terbentuknya kampung wisata tersebut juga gencar mencari dukungan.

Ketua Forum Kolaborasi Rotan Galmantro, H Sumarca menjelaskan,  hingga saat ini dukungan untuk mewujudkan kampung  wisata rotan sudah dikantonginya. Meski begitu, masih ada hal-hal yang harus diperhatikan agar perwujudannya bisa terlaksana dengan baik.

“Kalau dukungan hampir semuanya mendukung persen. Hanya saja ada beberapa hal yang harus kami  penuhi. Misalnya, anggarannya harus dibuat dulu, harus disetujui dulu oleh DPR-nya jadi tetap harus menggunakan prosedur,” ungkanya kemarin.

Jika memungkinkan, kata dia, kampung wisata rotan akan diresmikan selambat-lambatnya pada 2018.  Sementara rencana yang sudah bergulir, di hari jadi Kabupaten Cirebon pada tahun ini yakni kampung wisata rotan Galmantro.

Ia mengungkapkan, selain  Tegalwangi, beberapa desa di sekitarnya juga akan dijadikan kawasan wisata rotan.

Hanya saja, Tegalwangi sebagai pusatnya, akan mendapat perhatian lebih serius untuk mendorong terwujudkan kampung wisata rotan yang ramah lingkungan.

“Kalau  kampung wisata rotan hanya satu Desa Tegalwangi, tapi kawasan wisata galmantro itu diusahakan sembilan  desa. Cuman ada aturan yang baru itu harus satu kecamatan. Jadi yang sangat mendukung itu ada lima desa dari Kecamatan Weru, yang berkaitan itu ada Tegalwangi, Megu Cilik, Desa Setu Kulon, Kertasari dan Desa Karangsari,” jelasnya.

Sementara itu, kata dia, untuk memperluas kawasan wisata rotan, direncakan empat desa dari dua kecamatan berbeda juga akan dimasukan.

Dua desa dari Kemamatan Plered dan dua lainnya dari Kecamatan Plumbon sehingga kawasan wisata rotan terdiri dari semblian desa produktif penghasil produk rotan.

Sementara itu, Project Offiecier LSM Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK), Suratman menjelaskan,  untuk mewujudkan kampung wisata rotan, ada lima kendala yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

“Pertama, masalah pasar, kedua suplai bahan baku, antara hulu dan hilir, ketiga, tenaga kerja terampil yang sekarang sudah menurun. Keempat, lembaga keuangan yang harus digandeng kembali. Dan terakhir, kebijakan pemerintah pusat dan daerah itu kan harus sinkron,” jelas Suratman.

Yang  paling menarik perhatian, tutur Suratman, menurunnya jumlah tenaga  terampil di bidang rotan menjadi sorotan banyak pihak. Pasalnya, tenaga terampil rotan di Desa Tegalwangi saat ini sudah tidak mewadahi.

“Kemarin itu kurangnya tenaga terampil itu di bidang rangka yaitu membuat framing dan kedua itu adalah menganyam. Kami mengajak perusahaan untuk membuat training yang berkelanjutan. Kemarin juga disepakati kepala dinas untuk membuat training tenaga terampil,” tutupnya. (wan/mgg)

Sumber: