Harga Cabai Mahal, KWT Manfaatkan Hidroponik

Harga Cabai Mahal, KWT Manfaatkan Hidroponik

HARJAMUKTI – Mahalnya beberapa komoditas bahan makanan terutama dari jenis cabai dan sayuran membuat sebagian masyarakat merasa terbebani.
\"tanaman
Tanaman hidroponik. Foto: Suwandi/Rakyat Cirebon

Pasalnya, komoditas tersebut merupakan bahan makanan pokok untuk konsumsi sehari-hari.

Melihat hal itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Karang Mukti, Kelurahan Larangan Harjamukti mengembangkan tanaman hidroponik.

Tanaman yang bisa dikembangbiakan di lahan sempit ini terbukti bisa meredam ketergantungan bahan makanan di pasaran.

Mengingat, tanaman yang dikembangkan sebagian besar termasuk komoditas bahan makanan kebutuhan harian, seperti cabai dan sayuran.

Salah satu penggerak tanaman hidroponik, Upik Fatonah menjelaskan, tanaman hidroponik salah satunya untuk mencukupi kebutuhan sayuran di tingkat rumah tangga.

“Kalau harga cabai sedang naik kan bisa metik dari kebun. Setiap hari kalau lagi butuh cabai bisa ngambil dari sini,” ungkapnya kepada Rakcer di sela merawat tanaman hidroponik yang dikembangkannya bersama anggota KWT yang lain.

Selain bisa menghemat pembelanjaan, kata dia, inovasi tanaman hidroponik juga ditujukan sebagai upaya pemanfaatkan lahan kosong menjadi produktif. Hal itu jelas punya nilai tambah tersendiri.

Selain dapat memetik hasil panen, dengan menanam, lingkungan akan menjadi hijau dan lebih sehat.

“Awalnya dapat bantuan dari  Kementrian Ketahanan Pangan.  Waktu itu dapat Rp25 juta kita dimanfaatkan oleh RW untuk membuat tanaman hidroponik di lingkungan kampung,” jelasnya.

Saat ini, kata dia, sudah lebih dari 5 jenis tanaman yang dikembangkan. Tak hanya dikembangkan dengan sistem hidroponik sebagian jenis juga ditanam dikebun lahan PT KAI yang mendapat izin untuk dimanfaatkan warga.

Bersama dengan 15 anggota KWT lainnya, sekelompok ibu-ibu tersebut bahu membahu mengembangkan tanaman hidroponik.

“Pas panen sempat dijual juga. Ada cabai  rawit, cabai  merah selada, kangkung, brokoli, tomat, terong,  cesin, pokcoy.  Tiga hari sekali paling banyak 2 kilogram, kalau ada tetangga yang mau mereka juga harus beli,” ucapnya.

Lebih dari itu, kata dia, dengan mengembangkan tanaman hidroponik yang ditanam sendiri, Upik mengaku  punya kepuasan batin tersendiri.

“Ada kepuasannya juga senang dengan tanaman, karena tanam sendiri panen juga sendiri,” pungkasnya. (wan/mgg)

Sumber: