RAKYATCIREBON.ID, CIREBON – Harga sejumlah kebutuhan pokok di Kabupaten Cirebon mengalami kenaikan signifikan. Berdasarkan data dari laman Kepokmas milik Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Cirebon, Minggu (12/1), kenaikan ini terjadi di beberapa pasar daerah.
Komoditas cabai menjadi salah satu penyumbang kenaikan terbesar. Cabai rawit merah, atau biasa disebut cabai setan, kini dihargai Rp12 ribu per ons, naik dari sebelumnya Rp8 ribu per ons. Dengan demikian, harga cabai rawit merah di tingkat pedagang mencapai Rp120 ribu per kilogram.
BACA JUGA:HUT PDI Perjuangan ke-52, Kader Diminta Tetap Solid
Cabai hijau juga mengalami kenaikan, menjadi Rp30 ribu per kilogram atau naik 25 persen, sementara cabai rawit merah naik 8 persen menjadi Rp108 ribu per kilogram.
Kenaikan tidak hanya terjadi pada cabai. Cumi asin Rp120 ribu per kilogram atau naik 20 persen. Tepung terigu melonjak 20 persen ke harga Rp12 ribu per kilogram, kacang hijau Rp15 ribu per kilogram atau naik 25 persen, dan telur ayam kampung naik drastis hingga 55 persen dengan harga Rp3.500 per butir.
BACA JUGA:Dorong Percepatan Perbaikan, Infrastruktur Tonjong-Lewiasem
Tak hanya itu, harga beras premium II juga naik 20 persen menjadi Rp12 ribu per kilogram. Meski begitu, beberapa kebutuhan pokok masih menunjukkan kestabilan harga. Beras biasa tetap di angka Rp13 ribu per kilogram, kedelai lokal Rp15 ribu per kilogram, beras premium I Rp15 ribu per kilogram, dan gula pasir lokal Rp18 ribu per kilogram.
Selain itu, wortel pun naik signifikan. Per kilogrmanya di banderol Rp15 ribu atau naik 22 persen. Kemudian kentang pun naik menjadi Rp 16 ribu per kilogram atau naik 4 persen.
BACA JUGA:Kepesertaan BPJS Turun Jadi 75 Persen, Komisi IV DPRD Segera Ambil Langkah
Sementara itu, beberapa komoditas tercatat mengalami penurunan harga. Gula impor turun 3 persen menjadi Rp13.550 per kilogram, dan cabai merah biasa turun 12 persen menjadi Rp 44 ribu per kilogram.
Kenaikan signifikan kebutuhan pokok terjadi sejak awal tahun 2025. Beberapa pihak menduga kenaikan ini dipengaruhi oleh penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen, yang memberikan efek domino pada berbagai komoditas.
BACA JUGA:Warga Kubangdeleg Protes, Blokir Truk Sampah DLH di Balai Desa
"Imbas dari kenaikan PPN 12 persen, memberikan efek domino ke sejumlah kebutuhan pokok," terang Presiden Mahasiswa UMC, Abdullah Gymnastiar disela berunjuk rasa di depan gedung DPRD Kabupaten Cirebon, kemarin.
"Apa yang disampaikan Kemenkeu, terkait pemberlakuan PPN 12 persen hanya untuk barang merah, omong kosong belaka! Dampaknya sudah kemana-mana. Lagi-lagi rakyat kecil lah yang dikorbankan," lanjutnya.
BACA JUGA:Gugatan Paslon Luthfi-Dia Resmi Terdaftar di MK, KPU Siap Hadapi Gugatan Sengketa
Ada juga yang menyebut faktor cuaca yang tidak menentu, terutama intensitas hujan yang tinggi, turut memengaruhi hasil panen dan meningkatkan biaya produksi. Selain itu, program "Makan Siang Bergizi Gratis" juga dikaitkan dengan peningkatan permintaan daging ayam, yang naik 3 persen menjadi Rp 35 ribu per kilogram.
BACA JUGA:Warga Kubangdeleg Protes, Blokir Truk Sampah DLH di Balai Desa
Abdul Rouf, salah satu warga Sumber mengaku, masyarakat kini dihadapkan pada pilihan sulit untuk menyesuaikan kebutuhan rumah tangga di tengah lonjakan harga. Pemerintah daerah diharapkan segera mengambil langkah untuk mengendalikan harga dan memastikan ketersediaan kebutuhan pokok di pasar.
"Kami memohon, agar pemerintah bisa segera mengambil langkah kongkret, untuk bisa menstabilkan harga kebutuhan pokok. Dampaknya sudah kami rasakan," pungkasnya. (zen)