Warga Seuseupan Karangwareng Kesulitan Air Bersih

Warga Seuseupan Karangwareng Kesulitan Air Bersih

SULIT AIR BERSIH. Kuwu Desa Seuseupan, Sukia meninjau lokasi sumur warga yang menjadi tumpuan masyarakat untuk kebutuhan air bersih. FOTO: HERMAWAN/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Sudah puluhan tahun masyarakat Desa Seuseupan, Kecamatan Karangwareng, Kabupaten Cirebon, mengalami kesulitan mendapatkan sumber air bersih layak konsumsi. Terlebih memasuki musim kemarau.

Hal ini diakui salah seorang warga desa setempat, Asmi (48). Dia  menyampaikan, sumber air layak konsumsi memang dirasakan sulit didapat di Desa Seuseupan, terlebih saat memasuki musim kemarau tiba.

Kalau pun ada, rasa airnya payau atau berasa asin. Padahal Desa Seuseupan berada cukup jauh dari lautan. "Air bersih susah didapatkan. Kalau pun ada juga rasanya asin," ujarnya, Kamis (13/10).

Dijelaskannya, selama ini masyarakat untuk mendapatkan air harus bersusah payah mencari di sumur resapan tadah hujan. Namun saat memasuki musim kemarau, sumur resapan tersebut kering. Atau di sumur warga yang tidak berasa asin, meskipun harus menempuh jarak yang lumayan jauh.

Bahkan tidak sedikit masyarakat yang harus mengeluarkan biaya cukup tinggi hanya untuk membeli air layak konsumsi.

"Ya contohnya sumur ini. Kalau memasuki musim kemarau masyarakat menjadikan sumur ini sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," jelasnya.

Ia berharap kepada pemerintah untuk membantu dalam penyediaan sarana air bersih layak konsumsi bagi masyarakat Seuseupan.  

"Kami sebenarnya hanya mengharapkan sumber air ada, dan tidak berasa asin. Itu saja sudah cukup," imbuhnya.

Sementara Kuwu Desa Seuseupan Sukia, membenarkan bahwa di desa yang dipimpinnya sumber air layak konsumsi menjadi hal yang sangat sulit didapat terlebih saat memasuki musim kemarau tiba.

Ia pun menjelaskan, selama ini masyarakat mengandalkan sumur resapan tadah hujan yang dibuat di lahan pesawahan, namun saat memasuki musim kemarau  sumur resapan tersebut sudah tidak ada sumber airnya.

"Nah kebetulan, ada dua sumur milik warga yang tidak berasa asin, sumur itulah yang menjadi tumpuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-harinya," ungkapnya.

Sukia menjelaskan, Desa Seuseupan di kisaran tahun 2016 an lalu, mendapatkan bantuan sumur pantek dalam yang lokasinya tepat di depan kantor balai desa. Namun, hal tersebut tidak menjadikan solusi bagi masyarakat untuk mendapatkan sumber air bersih. Pasalnya, fasilitas tersebut belum dapat digunakan. Bahkan bangunannya pun tampak dibiarkan tidak terurus.

"Dari dulu belum dinikmati hasilnya, katanya sih ga ada airnya,? Padahal di sumur warga yang lokasinya tidak jauh dari lokasi sumur pantek dalam, sumber airnya bagus tidak berasa asin, padahal sumur tersebut tidak terlalu dalam," tandasnya.

Dikatakannya, di desa yang dipimpinnya ada setidaknya lima ribu jiwa, yang harus merasakan sulitnya mendapatkan air bersih, dan itu dirasakan sudah puluhan tahun.

Tentunya, pihaknya berharap adanya perhatian dari pemkab hingga pemerintahan pusat melalui pihak yang berwenang, untuk dapat membantu mengurangi penderitaan masyarakatnya dalam mendapatkan kebutuhan air bersih layak konsumsi.

"Pada dasarnya, masyarakat tidak muluk muluk asalkan ada air itu sudah cukup senang," harapnya.

Dalam hal ini, pemdes bukanya tinggal diam, atau  tidak berupaya mencari solusi, namun apa yang sudah dilakukanya Pemdes dengan membuat sumur resapan di beberapa titik, tidak membuahkan hasil yang maksimal, artinya saat memasuki kemarau, sumur resapan tersebut kering tidak ada lagi sumber air.

Lebih lanjut Sukia mengatakan, beberapa proposal pengajuan untuk pengadaan air bersih sudah diajukan ke berbagai instansi terkait, namun hingga saat ini belum ada tanggapan maupun realisasinya.

"Kami berharap, instansi terkait mau meninjau desa kami,yang harus menderita puluhan tahun sulitnya mendapatkan sumber air bersih layak konsumsi," pungkasnya. (her)

Sumber: